Chapter 62

9 0 0
                                    

Hmm.

Shafa menghirup wangi kopi yang sedang di aduknya pagi ini di pantry kantor. Sooo refreshing.

"Woi."

Shafa menengok ke arah suara itu. Dina. Masih dengan jaketnya dan rambut berantakan terkena helm ojek online.

"Tumben jam segini udah standby di pantry." Dina melirik jam dinding di pantry, pukul 08.00.

Shafa biasanya sampai di kantor jam 8.30 teng. Apalagi hari Senin begini. Itu juga langsung ke meja, menyalakan komputer dan mulai memelototi balance sheet yang lebih sering nggak balance nya.

"Galau sis." Jawabnya singkat sambil menyeruput kopinya.

"Masih belum lo angkat tuh telpon dari mas Ditan?"

Shafa menggeleng.

"Apa lo nggak jadi ikut aja? Daripada ribut-ribut begini." Lanjut Dina prihatin.

Shafa menghela nafas.

"Lo tau, itu yang nggak pernah berubah dari dia, sejak sma. Pencemburu. Sekarang lebih parah." Keluhnya. "Gw nggak enak juga kali bilang sama pak Andrew."

"Andrew udah dateng?"

"Belom. Jadwalnya meeting ke kantor Gilang."

"Lah? Kenapa nggak meeting di kantor kita aja? Kan kita kliennya?"

"Sekalian anter bininya kali."

Istrinya pak Andrew itu manajer di kantornya Gilang, tapi beda tim sama Gilang.

"Mbak Dinaaa... telepon bunyii..." seru pak Mufid dari ruang resepsion di depan sana.

"Lo angkatin dulu napa, Fid? Gw napas dolooo..."

Shafa nyengir. Drama tiap pagi antara Dina dan pak Mufid. Pak Mufid nggak mau angkatin telepon sepagi ini karena itu biasanya telepon dari Australia dan dia nggak bisa bahasa Inggris. Nantinya panik terus yang ngomong di seberang sana tambah bingung pula.

"Cuss, Din. Perth itu kayaknya nelpon." Shafa beranjak pergi dari meja sambil menenteng mug kopinya.

Dina ngedumel sendiri sambil bergegas menuju ruangan resepsionis.

You made plans and I,

I made problems

We were sleeping back to back

We know this thing wasn't built to last and

Shafa membiarkan lagu dari komputernya terdengar sayup-sayup memenuhi kubikel kecilnya.

Shafa duduk di kursinya kemudian menyeruput kopinya sambil mulai sign in whatsapp dari komputernya.

Shafa Fritzella online.

Dia membuka chattingan dengan Ditan semalam.

Ditan:

'Fa, can I pick you up tomorrow morning?'

Shafa:

'Please don't.'

Ditan:

'I miss you.'

Shafa meminimize whatsappnya.

Tululut. Tululut.

Siapaaa lagi jam segini nelpon telepon di meja kerjanya. Pak Andrew nggak mungkin.

"Hmm."

"Fa, lo kesini cepetan deh sekarang." Kata Dina, panik campur excited dari seberang sana.

Sepenggal Kisah ShafaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang