Chapter 30

6 0 0
                                    

Even if I spend the whole day with you
I will miss you the second you leave

Shafa menyusuri jalanan komplek menuju rumahnya malam ini. Jam mobil menunjukkan pukul delapan malam. Dia keluar kantor agak telat tadi, tugas bantu-bantuin anak legal itu bikin dia nggak bisa santai-santai selayaknya anak accounting yang sudah selesai closing dan selesai di audit.

Fiuh. Shafa menghela nafas sambil mengambil sumpit dari rambutnya. Pusing juga seharian rambut diuwel-uwel pakai sumpit. Tapi mau gimana lagi, rambut panjangnya nggak cocok digerai ala ala kim kardashian buat kerjaannya dia sekarang.

Akhirnya Shafa sampai juga di depan rumahnya. Mobil bokapnya nggak ada, beliau lagi ke Sukabumi berdua sang nyokap, menghadiri acara kawinan sodara. Mobil Satya juga nggak ada, paling masih ribet dia nungguin mbak Pinta fitting kebaya kawinan. Tapi ini siapa yang parkir depan rumahnya.

Peugeot merah.

Ditan? Lah, barusan aja Shafa telpon-telponan di jalan bilang kalo dia lagi on the way pulang.

Shafa memasukkan mobilnya ke garasi rumahnya, mbok Siti sudah membuka pintu garasi lebar-lebar dari tadi. Nggak lama, Shafa turun dari mobilnya, mendapati Ditan yang juga baru turun dari mobilnya, berdiri di muka pagar yang masih belum ditutup.

"Loh, kamu kesini?" Tanya Shafa, masih kaget melihat Ditan yang kelihatannya juga capek. Lengan kemejanya sudah digulung dan rambutnya jatuh-jatuh ke dahi, sedikit berantakan. "Aku kira udah mau sampe rumah."

"Surprise." Katanya sambil tersenyum dan menyodorkan sesuatu yang dari tadi dia sembunyikan di balik badannya.

Sebuket bunga mawar warna pink muda.

Shafa berasa nggak bisa nafas saking kaget dan senengnya. Ya ampun. Yang kayak gini dia kira cuma ada di film Princess' Diary aja. Ya ampun. Ya ampun.

"Ya ampun, Ditan..." Shafa memegang erat-erat sebuket bunga itu di depan dadanya. Terus dia speechless. Nggak bisa ngomong apa-apa. Antara terpana sama ke so sweet an Ditan sama mikirin bagaimana bentuk rambutnya saat itu. Tau bakal begini harusnya dia sisiran dulu tadi.

"Aku kangen kamu. Jadi tadi kupikir nggak ada salahnya ke rumah kamu sebentar malem ini." Katanya. Terus dia mencium kening Shafa dong. "Udah, kamu istirahat. Aku pulang dulu."

"Loh, kamu nggak masuk dulu?" Shafa menahan tangan Ditan.

"Udah malem, Fa. Besok kan kita berdua harus berangkat pagi."

Iya sih. Duhhhh... Kenapa besok bukan hari Sabtu aja sihhh... Rasanya Shafa mau berlama-lama barengan laki-laki yang udah bawain dia sebuket bunga ini.

"Ya udah." Kata Shafa kecewa. Terus dia inget tadi siang menolak ajakan Ditan untuk makan siang bareng saking lagi ribetnya. "Oh ya, Tan, maaf ya tadi siang kita ga bisa lunch bareng."

"Iya, nggak papa. Kan kamu lagi sibuk."

Rasanya Shafa kepingin peluk Ditan saat itu juga. Tapi malu. Nanti kalo diliat tetangga (baca: nyokapnya Gilang) gimana. Bisa disuruh cepet-cepet kawin dia.

"Goodnight, sayang." Ditan beranjak pergi dari situ menuju mobilnya.

Shafa menjawab pelan, "Goodnight."

Yeah, it is a very good night, isn't it?

Sepenggal Kisah ShafaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang