Chapter 43

7 0 0
                                    

Sabtu pagi, di hari lamarannya Satya. Rumah Shafa sudah ramai dengan saudara-saudaranya yang datang dari mana-mana. Semua orang heboh, sibuk masing-masing. Para tetua sibuk dengan tata cara masuk ke rumah calon besan nanti. Yang muda sibuk dengan hantaran yang mau di antar. Sementara Shafa masih berkutat di kamarnya.

Tok, tok, tok!

Ceklek.

"Fa, gw bagi peniti dong!"

Shafa, yang lagi dipakein lipstik sama si tukang rias nengok ke arah pintu kamarnya yang sudah terbuka lebar.

"Ya Allah, mbak, untung saya angkat kuas lipstiknya, kalo enggak, bisa cemong ke pipi." Keluh si mbak yang dandanin.

"Sorry, mbak Fara. Udah?"

"Udah mbak." Jawab mbak Fara.

Shafa bangkit dari duduknya menghampiri Gilang yang lagi ngoprek meja nakas di kamarnya Shafa. "Nyari apa sih lo?"

"Peniti." Jawab Gilang masih sambil sibuk ngoprek laci.

"Segede apa? Buat apa?"

"Kemeja gw kancing yang paling bawah copot."

Shafa mengambil satu kotak kecil dari laci yang sedang dioprek Gilang lalu diambilnya sebuah peniti kecil dari situ.

"Kecil banget! Bisa apa?" Protes Gilang.

"Namanya peniti ya kecil. Kalo gede itu jepit jemuran."

Mbak Fara, make up artist yang tadi dandanin Shafa, ngikik di pojokan sana sambil beresin peralatan make up nya.

"Gw nggak bisa make nya. Tolongin dong, Fa." Kata Gilang pasrah.

"Iye, sini ah." Shafa menarik bagian bawah kemeja batik Gilang lalu menyelipkan tangannya yang memegang peniti kecil itu di balik kemejanya Gilang.

"Awas ati-ati, Fa! Ade gw ketusuk tanggung jawab lo!" Seru Gilang, beneran takut.

"Ada, ade, ada, ade!" Balas Shafa sambil menusuk peniti kecil itu ke kemejanya Gilang. "Ade lo dimana tangan gw dimana. Dihh. Gw tusuk beneran nih."

"Shafa, nggak lucu ah."

Shafa mengaitkan bolongan kancing kemeja Gilang yang paling bawah dan...

"Done."

Gilang melihat ke bagian bawah kemejanya. Shafa merapihkan letak kemeja Gilang.

Cekrek!

Shafa dan Gilang menengok ke arah suara kamera itu berasal. Mbak Fara.

"Aku foto juga ya, masnya." Sahut mbak Fara. "Bagus ini momennya, kayak foto prewedding."

Prewedding?

"Mbak Fara," Shafa siap-siap protes.

"Mbak, aku sekalian foto ya buat dokumentasi hasil after make up nya." Sahut mbak Fara lagi. "Coba masnya, geseran dikit ke sebelah mbak Shafa."

Gilang bingung.

"Geseran, mas." Mbak Fara mendorong Gilang ke sebelah Shafa. "Coba di peluk mbaknya, mas."

Mbak Fara menaruh tangan Gilang di pinggang Shafa sambil bergumam kata maaf. Sementara tangan Shafa di aturnya supaya tetap di depan badannya.

Persis foto pasangan setelah lamaran. Kurang cincin aja.

"Mbak, sebentar mbak. Tapi..." Shafa mau bergerak menghampiri mbak Fara.

"Sebentar mbak, sebentar." Mbak Fara mengaba-abakan supaya Shafa dan Gilang tetap pada posisinya. "Satu, dua, tii...ga."

Sepenggal Kisah ShafaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang