Chapter 55

6 0 0
                                    

Guilty as charged.

Shafa membuang pandangan ke jalan di depannya yang macet beratt sementara Ditan menarik rem tangan mobilnya.

"Kamu masih simpen foto-foto sama dia?"

Jadi, setelah insiden Shafa di bully beberapa hari yang lalu, Ditan yang jarang login IG nya, jadi login karena teman kantornya ada yang men-tag dia di salah satu foto company lunch. Muncullah komen si 'Leh uga' waktu itu. Memang sudah di hapus, tapi notifikasi terlanjur masuk sepertinya. Dan berakhirlah Ditan di akun IG Shafa, yang masih saling mem-follow dengan Fabi, dan masih tersimpan beberapa foto dengan Fabi.

Shafa mengangguk pelan sambil melirik Ditan diam-diam. Terlihat dari raut wajahnya kalau Ditan upset.

"Masih follow juga?" tanya Ditan lagi.

"What am I supposed to do?" Shafa balik tanya, bete. "Aku putus baik-baik dan aku sama dia berteman."

"I don't believe in such thing."

"Apa?"

"Friend with ex." sahut Ditan, kesal. "I don't stay friends with ex."

"Really?" tanya Shafa, retoris. "What about 'us'?"

"What about us?" Ditan tanya balik. "Getting back together."

Oh. Oh. Oh. Jadi itu yang Ditan takutkan.

"Jadi kamu takut..."

"Lagian, kita pacaran pertama kali SMA, Fa." Ditan memotong kata-kata Shafa.

"Iya, maksud aku..."

"That doesn't count." lanjut Ditan.

Hah? Gimana?

"What doesn't count?" Shafa mengernyitkan keningnya. "Kita pacaran SMA, ga dihitung pacaran gitu?"

Ditan diam, menyadari ada yang salah di kalimatnya yang di ucapkan tadi.

"Enggak, maksud aku..."

"Maksud kamu, pacaran jaman SMA itu kayak kita temenan jaman sekarang jadi kita ini bukan mantan yang balik pacaran gitu?" Kata Shafa cepat. "Jadi yang dulu-dulu itu ga dihitung sama
kamu? Nggak berarti apa-apa?"

"Kok jadi kemana-mana, Fa?" kata Ditan. "Denger dulu aku..."

"Aku nggak kemana-mana. Aku kan ngulangin kata-kata kamu aja." balas Shafa. "Kamu bilang that doesn't count. Hubungan kita jaman dulu ga dihitung. Berarti aku nggak berarti apa-apa kan buat kamu. Terus kenapa kamu terus-terusan bilang kamu nyesel kita putus jaman dulu."

"Bukan gitu maksudku, Fa..."

"Jadi kamu nggak segitunya kan waktu kita putus dulu."

"Nggak segitunya apa sih, Fa..."

"Ya nggak segitunya sayang sama aku. Terus," Shafa menahan air matanya. "Sekarang juga bisa aja kamu cuma euphoria kan ketemu aku lagi tapi sebenarnya ga segitunya sayang sama aku, jadi kamu..."

"Shafa!" Ditan memotong kata-kata Shafa dengan suara agak keras.

Shafa kaget. Berhenti berbicara. Dia memandangi Ditan sambil menggigit bibir bawahnya menahan tangis.

"Kamu jangan terus buat kesimpulan kemana-mana begitu. Aku..."

Belum selesai Ditan bicara, Shafa melepas seat beltnya.

"Shafa," Ditan memegang tangan kanan Shafa yang kemudian dilepaskan oleh Shafa.

"Aku mau pulang sendiri." sahut Shafa pelan sambil mengambil tasnya dan membuka kunci pintu mobil.

Angka di lampu merah menunjukkan angka 60. Berarti masih satu menit lagi lampu merah berubah menjadi hijau.

"Shafa, udahlah. Ini malem-malem, bahaya kalo kamu..."

"Aku pulang sendiri." Shafa membuka pintu mobil dan menutupnya kembali.

Meninggalkan Ditan yang kemudian memukul setir mobilnya kencang.

Friends with an ex, huh?

***

Sepenggal Kisah ShafaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang