Chapter 27

8 0 0
                                    

Sabtu pagi yang cerah.

Shafa keluar dari pagar rumahnya kemudian memasuki pagar rumah Gilang. Iseng. Udah lama nggak main ke rumahnya. Ada nggak ya tu anak satu?

Mobilnya sih ada. Kotor banget, ih! Lembur mulu nggak pernah ke cucian mobil begini nih. Nggak kebayang dalemnya kayak apa. Gimana mau dapet cewek tu, mobil aja berdebu begitu...

"Loh, Shafa?" Nyokapnya Gilang kebetulan keluar dari pintu depan rumahnya. "Hey, kamu kemana ajaaa... Tante udah lama nggak liat kamuu... Kata mama kemaren-kemaren itu sibuk lembur?"

Shafa mencium tangan nyokapnya Gilang.

"Udah selesai, tante. Udah santai sekarang..." Jawab Shafa.

"Oh, gitu. Alhamdulillah. Tante bilang sama mama, lembur mulu kapan ketemu pacarnya..." Ledek nyokapnya Gilang sambil ketawa.

Pantessss emaknya Shafa khawatir banget dia putus sama Fabi. Si tante ini nih ngeledekin maknya Shafa kayaknya nih. Apa si tante sengaja biar Shafa sama anaknya aja? Barengan lemburnya, barengan juga jalan ke pelaminannya. Eaaa...

"Ma, jadi nggak ambil kuenya?"

Nnah. Kalo sama anaknya si tante yang satu ini, Shafa nggak keberatan. Agam, kakaknya Gilang yang seumuran Satya. Cool cool gimana gitu.

"Eh, hai, Fa. " Sapa Agam.

"Hai, Mas."

Shafa manggil Agam, Mas Agam. Sama Satya manggil nama aja. Kalo Satya sadar pasti dia mencak-mencak sendiri.

"Jadi, jadi. Yuk." Jawab nyokapnya Gilang ke Agam. "Tante mau ambil kue dulu di toko kue depan situ, Fa, buat nanti siang arisan di rumah tante Wiryo."

"Oh, iya tante."

"Kamu tunggu aja Gilang sebentar lagi juga biasanya pulang. Semalem lembur lagi kayaknya."

Huh? Loh?

"Kalo mau nyemil-nyemil mie atau apa suruh aja bi Yati yaa nanti dibuatin..."

"Iya, tante... Gampang..."

"Yuk, Fa." Kata Agam singkat.

"Iya, Bang."

Nyokapnya Gilang dan Agam berlalu dari situ menaiki mobil jazz hitamnya Agam. Shafa memasuki rumah Gilang. Gimana sih, mobilnya ada tapi orangnya nggak ada? Apa dia pulang lagi aja ya...

"Hai, Fa. Mau indomi?" Vina, adenya Gilang sibuk ngemilin indomi sambil nontonin tv.

"Nggak Vin, udah sarapan gw." Jawab Shafa. "Gilang nggak ada?"

"Bentar lagi juga balik. Tadi sih dia telpon pminta bi Yati bikinin nasi goreng." Jelas Vina. "Apa kabar lo, Fa? Satya mau kawin kata mama?"

"Yo'i." Shafa duduk di sebelah Vina, di sofa depan tv.

"Kapan?"

"Bulan Mei, Insya Allah."

"Lo kapan?" Vina nyengir.

"Au deh. Jodoh belom ada." Jawab Shafa, nyengir juga.

"Aaahh... Balik lagi kan lo sama mas Ditan." Ledek Vina.

"Eh, belommm. Kok lo tau-tauan sih?"

"Kan gw udah beberapa kali liat mobilnya parkir depan rumah lo." Jawab Vina.

Such a good observer she is.

"Gimana skripsi?" Tanya Shafa ke Vina. Vina ini kuliah di fakultas hukum salah satu perguruan tinggi swasta di tengah kota Jakarta.

"Insya Allah dua minggu lagi sidang."

"Eits, wisuda tahun ini dong."

"Doain aja, Fa." Kata Vina lagi. "Semoga gw cepet lulus, cepet dapet kerja, cepet punya pacar, cepet kawin..."

"Mas lo dulu tuh kawin..."

"Eh, iya, Mas Agam insya Allah akhir tahun ini."

"Oh ya?" Nggak jadi ganteng deh, calon suami orang, pikir Shafa.

"He-eh." Jawab Vina. "Kalo Gilang... Nggak tau deh. Tergantung lo jadi sama Ditan nggak, kalo nggak dia tarik lo ke pelaminan tuh."

"Halah." Sahut Shafa. Dari dulu Vina dan semua sepupu-sepupunya Gilang sibuk masang-masangin mereka berdua. Yang dipasangin sibuk dengan kisah cinta masing-masing.

"Bisa jadi ntar dibawa ke Aussie juga loh."

"Huh?" Apaan?

"Eh." Vina kaget sendiri, seolah-olah sadar salah ucap. Dia segera beranjak pergi dari situ membawa mangkok indomi nya yang sudah kosong. "Gw mandi dulu, Fa."

Shafa bingung sendirian di ruang tv. Aussie apa tadi? Apaan sih Vina? Nggak ngerti.

Shafa bangkit dari duduknya dan memutuskan untuk menunggu Gilang di kamarnya yang ada di lantai dua.

Klek.

Shafa membuka pintu kamar Gilang. Wow. It's been a while.

Seprai kasur dan bantal-bantal tertata rapi. Itu pasti kerjaannya bi Yati. Meja kerja sedikit berantakan dengan kertas-kertas... Brosur gym, restoran... Eh, apa ini? University of Queensland?

"Fa."

Shafa nengok. Ini mahluk yang punya kamar udah dateng. Nggak asik banget deh, baru mau ngegeratak.

"Lembur lagi lo?" Tanya Shafa menaruh kertas-kertas yang tadi dia pegang kembali ke atas meja kerjanya Gilang.

Gilang mengangguk lesu sambil menaruh tas laptop nya sembarangan di lantai.

"Capek banget gw." Katanya sambil menghempaskan diri ke tempat tidur. "Baru kelar nyusun report buat kantor lo, ada lagi assignment baru."

Shafa duduk di sofa panjang di sebelah meja kerja.

"Kok lo tumben nggak bawa mobil?"

"Capekkk dikata. Mending tidur di taksi."

"Mobil lo kotor banget tau, amit-amit ih!"

"Kebetulan lo di sini, bersihin dong!"

Krik, krik, krik.

Semua orang tau itu nggak mungkin. Bersihin mobil? Shafa aja bayar orang buat bersihin mobilnya sendiri, apalagi mobil tetangga. Hell to the o. Hello?

"Lo mau kemana hari ini?" Tanya Shafa sambil bangkit dari sofa dan duduk di pinggiran tempat tidur Gilang.

"Tidur." Jawab yang ditanya dengan mata terpejam.

"Abis itu?"

"Tidur lagi."

"Capek dehhh..." Shafa bangkit dari duduknya, maksud hati mau rumpi tapi lawan rumpiannya tepar ngantuk nggak berdaya, jadi males deh. "Udah ah gw balik. Mau ke thamrin city ngambil seragam lamaran."

Gilang membuka matanya seketika.

"Lamaran apaan?" Tanyanya.

"Lamarannya Satyaaaa..." Lanjut Shafa.

Oh, Satya. Kirain.

"Jadi nikah dia?" Tanya Gilang.

"Jadi, In syaa Allah. Emang gueeeee..." Jawab Shafa, sewot.

Gilang nyengir.

"Nanya doaaang gueee..." Sahutnya.

Shafa membuka pintu kamar Gilang.

"Ama siapa lo kesana?" Tanya Gilang cepat. Kasian juga kalo sendirian kesana tu anak.

"Ditan." Jawab Shafa sambil berlalu dari situ.

Oh, ok. Yang itu kayaknya nggak bakal gagal lagi. Hmm. Gilang terdiam di kamarnya. Ngantuknya hilang.

***

Sepenggal Kisah ShafaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang