Chapter 32

7 0 0
                                    

Intangible assets amortisation.

Mata Shafa sibuk menelusuri angka-angka di layar komputernya dengan tangan kanan di atas keyboard dan tangan kiri di atas tombol-tombol kalkulator.

Ting.

Sebuah pesan dari Whatsapp Shafa. Siapaaa ini. Padahal statusnya udah dia ubah jadi very busy.

Ditan.

'I really miss you.'

Shafa yang tadinya sibuk melotot dengan kening berkerut, jadi senyum-senyum.

'I miss you too.' Send.

Shafa membuka tabel amortisasinya lagi. Goodwill di bulan keenam sisanya jadi...

Ting.

'Nanti sore aku jemput ya, sayang.'

Hadeuh, hadeuh. Jadi nggak konsen ini. Jantung jadi deg-degan. Bawaan pingin senyum-senyum mulu. Shafa buru-buru membalas ym dari Ditan itu.

'Aku bawa mobil hari ini, yang. :('

Ditan is typing...

'Besok bolos kerja yuk.'

Masya Allah. Cobaan, cobaan. Lagi super sibuk begini, pacar kesayangan yang paling bisa bikin berbunga-bunga ngajakin bolos kerja. Cobaan berat banget ini.

'Nanti malem kita omongin ya, yang...' Send.

Kembali ke... Apa tadi? Amortisasi. Ok, goodwill ya... Pak Andrew mau tau sisa di bulan ke enam semua intangible assets berapa...

"Shafa,"

Shafa nengok ke arah suara itu. Sesosok laki-laki berdiri di pintu kubikelnya.

"Oh, iya mas Adrian."

Adrian masuk ke kubikel Shafa. "Kata Andrew, saya bisa minta list tanah dari kamu? Tadi Bu El titip sama saya."

"Oh, iya. Bisa. Sebentar ya aku print in dulu, mas." Jawab Shafa. Emangnya bu Elfrida nggak bisa email langsung ke Shafa aja ya, bisa langsung di kirim via email, jadi. Nggak buang-buang kertas dan lebih efektif kalau mau ditanda-tandain.

Eh, nanti dulu. Listnya ada dua. Yang mana nih?

"Mas, yang mana yang dibutuhin?" Shafa menunjuk list tanah di layar komputernya.

Adrian membungkuk melihat layar komputer Shafa. Tangan kanan di meja Shafa, tangan kiri di kursinya. Deket banget, close up! Sampai-sampai Shafa bisa lihat titik-titik di mukanya bekas cukuran.

"Yang ini, Fa." Kata Adrian akhirnya sambil berdiri seperti semula.

Huff.

"Ok." Print. Hush, hush. Biar cepet pergi nih orang, makin pusing kalo kelamaan. "Ini mas, listnya."

Adrian menerima selembar kertas yang baru saja Shafa ambil dari printer di dekat situ.

"Thanks, Shafa." Sahutnya sambil beranjak pergi dari situ.

"Sip, mas." Shafa kembali duduk dan memandangi layar komputernya. Goodwill bulan ke enam ya... Hmm... Sisanya...

Ting!

Whatsapp dari Ditan. 'Besok pagi aku jemput ya...'

"Oh iya, Shafa,"

Apalagi?

Shafa membalikkan badannya ke arah pintu kubikelnya. Mas Adrian lagi, berdiri di situ sambil tersenyum manis.

"Besok makan cendol bareng, yuk!"

Shafa bengong. Gimana?

***

Sepenggal Kisah ShafaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang