Chapter 83

7 0 0
                                    

Minggu pagi menjelang siang yang cerah, sehari setelah acara resepsi Satya. Satya menginap di rumah mbak Pinta sebelum nantinya pindah ke rumah mereka di kawasan Bintaro. Rumah Shafa terasa lebih sepi.

Shafa yang sedang bermalas-malasan di atas tempat tidur, menghela nafas panjang sambil terus menatap layar handphonenya. Foto-foto semalam yang diambil dengan kamera sepupu-sepupunya sudah terpajang manis di grup whatsapp yang diberi judul: keluarga Adinata. Keluarga sang nyokap.

Ratusan foto dan masih terus bertambah. Shafa pusing harus mulai dari mana membukanya.

'Memori gw langsung full begitu masuk foto lo, Ra.' Ledek Yoga, salah satu sepupu Shafa, di dalam grup whatapp itu.

Rara, adik tercintanya kak Arik, yang fotonya baru saja di posting di dalam grup itu, langsung menyahut.

'Mungkin karena aura kecantikankuh yang tidak berbatas yaaa...' balasnya.

Shafa cengar-cengir sendiri membacanya.

'Duh, tante bingung, yang mau tante post di instagram yg mana...bagus-bagus semua...' sahut tante Silvy.

'Sekali post langsung banyak aja, Tan... hehe...' balas sepupu Shafa yang lain.

'Iya juga ya...' kata Tante Silvy.

Tring.

Sebuah foto bertambah di grup, tapi yang ini pakai caption: Tebak siapa?

Fotonya Shafa sedang memeluk tangan Gilang yang diambil dari belakang.

Deg.

Jantung Shafa seolah berhenti saat itu juga. Omg. Ini pas kapan ya?

'Aku tau ini siapa. Hihihi...' sahut Rara.

Shafa nggak tau harus berkomentar apa.

'Siapa?? Kasih tau tante dong...'

Ini di grup kan ada nyokapnya Shafa ya. Kira-kira doi udah lihat whatsapp belum ya?

Tring.

Sebuah foto lagi dengan caption: lovebirds.

Kali ini, fotonya Shafa dan Gilang yang diambil dari depan, sedang bergandengan tangan, sesaat setelah Reno dan pasangannya meninggalkan Shafa dan Gilang untuk bersalaman dengan pengantin.

'Serasi banget ya...' kata tante Silvy.

'Banget, Tan...' sahut Rara.

Omg bangettttt... lagi panik dan galaunya begitu, tiba-tiba ada telepon masuk.

Gilang. Buset ni anak, panjang umur banget ya!

"Yak!" Kata Shafa.

"Lo lagi ngapain sih?" Tanya Gilang, heran kenapa hari minggu gini anak satu biji itu sigap banget jawab teleponnya.

"Nggak ngapa-ngapain." Jawab Shafa cepat, masih terbawa rasa panik gara-gara foto di whatsapp tapi nggak mau menceritakannya ke Gilang. "Lo ngapain pake nelpon? Di bawah kan lo?"

"Ha?"

"Mbok Siti bikin nasi uduk tadi pagi, lo pasti lagi stand by di dapur rumah gw."

"Nggak."

"Lo dimana?"

"Di rumah."

Tumben.

"Jalan yuk, Fa." Kata Gilang lagi. "Lo nggak kemana-kemana kan?"

"Hmm..." Shafa ngulet-ngulet sebentar. "Nggak."

"Ya udah. 10 menit lagi ya. Gw mandi dulu. Gw tunggu di mobil gw."

"Lo nggak kesini dulu?"

"Nggak."

Kening Shafa berkerut, dia merasa ada yang tidak biasanya.

"Woy, Fa." Kata Gilang memecah lamunan Shafa.

"Iye."

"Dah."

"Dah."

Shafa memutuskan sambungan teleponnya.

Ting. Ting. Ting.

Handphone Shafa masih terus berbunyi tanda whatsapp masuk tidak kunjung berhenti.

Satya reply foto Shafa gandengan tangan sama Gilang.

'Itu kenapa pengantinnya malah jadi background ya, blur lagi.'

'Ya udah nanti nikahannya Shafa, Satya sama mbak Pinta yang gandengan tangan, Shafa sama Gilang yg jadi backgroundnya di pelaminan.'

Glek.

Shafa menelan ludah membaca balasan dari Rara tersebut. Selesai ini mah.

Ngomong-ngomong, Gilang kenapa sih?

***

Sepenggal Kisah ShafaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang