Chapter 29

5 0 0
                                    

"You look seriously glowing!"

Seru Dina pagi ini melihat Shafa yang baru saja keluar dari lift dan memasuki ruangan resepsion.

"Like you just had a great sex last night!" Lanjut Dina. "Or this morning."

"Heh!" Shafa melotot.

"What? Did you have sex last night or this morning?" Kata Dina lagi sambil cengar-cengir.

"Morning, ladies!"

Dina dan Shafa mingkem mendadak.

"Morning, Kevin!" Sahut mereka berbarengan sambil senyum-senyum mencurigakan

Kevin, si bos nya divisi engineer tersenyum dengan ekspresi seolah-olah ngomong, 'I hear you!'. Dan dia pun berlalu dari situ.

"Tuh, denger dia tuh." Bisik Shafa cepat.

"Jadi lo semalem beneran..."

"Sembarangannn... Gw perewong ting ting begini maen sax sex sax sex aja..." Protes Shafa cepat. "Jangan kenceng-kenceng maksud gw... Ntar kalo pak Andrew tau lo ngomong sama gw ketauan kan gw telat masih nenteng tas beginii..."

"Ohhh... Gituuu..." Dina mengangguk-angguk sambil cengar-cengir. "Eh tapi serius deh lo glowing!"

Shafa senyum-senyum.

"Masa sih?" Katanya. "Foundation gw apa ya? Nggak sih, foundie gw masih yang itu-itu aja."

"Yang bikin lo makan siang indomi doang selama sebulan alias ke-ma-ha-lan?"

"Boro-boro indomi, gw makan siang ngembatin pisang dari ruang meeting selama sebulan."

Mereka berdua ngikik.

"Bukan itu, Fa. Bukan, bukan. Bukan si foundation kemahalan itu." Kata Dina lagi. "Aura lo beda gitu. Hmm. Hamil lo ya? Siapa, Fa? Fabi apa si mantan terindah apa si auditor..."

Shafa mingkem. Udah telat, nyangkut di resepsion ngomongin yang nggak penting. Apa kata pak Andrew?

"Eh, Shafa. Disini kamu."

Shafa segera nengok ke arah pintu yang menuju lorong arah divisi accounting. Pak Andrew. Mati.

"I-iya, pak." Jawab Shafa buru-buru menaruh tas kerjanya di meja Dina seolah-olah itu bukan tasnya.

"Ikut saya ke ruangan bu Elfrida sekarang, Fa."

"Iya, pak." Shafa bergegas mengikuti pak Andrew menuju ruangan manajer divisi legal di kantor itu.

Ada urusan apa ya Shafa diminta ke ruangan bu Elfrida. Mau dipecat apa dia gara-gara kelamaan ngerumpi pagi-pagi? Ya udah kawin ajalah kalo dipecat. Sama Ditan? Eh Ditan mau ngawinin dia nggak ngomong-ngomong?

"Pagi, Bu." Pak Andrew memasuki ruangan bu Elfrida diikuti Shafa. Bu Elfrida ini usianya sudah paruh baya tapi penampilannya tetap modis macem lawyer-lawyer di film The Good Wife gitu deh.

"Pagi, Bu." kata Shafa sopan. Ibu yang satu ini agak-agak bikin segan sih.

"Pagi, Andrew." Jawab bu Elfrida. "Pagi, Shafa."

Disana sudah ada Eva dan Lana, staff-staff legal tercintanya bu Elfrida. Shafa buru-buru berdiri di sebelah Eva.

'Ada apaan sih?' Shafa memandangi Eva dan Lana sambil menaik-naikan alisnya.

'Tau.' Eva balas memandangi sambil menaik-naikan alisnya juga.

Lana menggeleng-gelengkan kepala melihat kelakuan dua temannya itu.

Tok, tok.

"Pagi, Bu El."

Sesosok laki-laki memasuki ruangan itu. Shafa dan teman-temannya kaget.

"Pagi, Adrian."

Adrian.

Mas-mas yang kenalan sama Shafa di depan gerobak tukang cendol. Shafa, Eva, dan Lana lirik-lirikan.

"Oke, karena semuanya sudah kumpul di sini, saya mulai ya." Bu Elfrida bangkit dari duduknya dan berdiri di samping pak Andrew, di hadapan Lana, Eva, Shafa, dan si mas-mas nilai delapan itu, mas Adrian. "Saya ingin merapihkan dokumen-dokumen pembebasan tanah sesuai dengan list kepemilikan tanah yang ada di dalam report auditor yang direlease pagi ini."

And on and on and on she went. Intinya, Eva dan Shafa akan berkutat berdua mengurus dokumen pembebasan tanah, sementara Lana dan mas Adrian bakal kerja bareng menyusun kontrak kerja sama antar kantor mereka.

Dan Shafa sibuk dengan pikirannya sendiri. Kira-kira, mas Adrian ini seumuran siapa ya. Fabi? Sepertinya begitu deh. Dia anak hukum pastinya. Dia ngeh nggak ya kalo Shafa ini si cewek ceroboh yang hobi makan cendol waktu itu?

"Ok, Shafa. Kamu bisa kan ya sesuaikan dulu daftar kepemilikan tanah di sistem kita sama yang ada di report auditor?" Kata pak Andrew.

"Hmm? Oh, iya. Bisa, pak." Shafa sadar dari lamunannya.

"Ok," Pak Andrew menengok ke Bu Elfrida. "Sudah ya, Bu. Saya sama Shafa balik ke seberang."

Divisi finance&accounting sama divisi legal posisinya berjauhan di kantor ini. Beda wing alias beda pengkolan.

"Ok." Jawab Bu Elfrida. "Thanks ya, Ndrew."

"No worries, bu El."

Shafa pun meninggalkan ruangan itu mengikuti pak Andrew, masih sibuk dengan pikirannya sendiri. Istirahat nanti mesti gosip nih sama geng rempong. Nggak sabarrrrr...

"Kamu nggak ambil tas kamu dulu?" Kata pak Andrew tiba-tiba saat mereka melewati pintu yang menghubungkan ke depan, ruang resepsionis.

"Huh?" Tas? Oh, iya, masih di mejanya Dina. Lah? Pak Andrew tau. "Oh, iyaa. Ya, pak, saya ambil tas dulu."

Pak Andrew ketawa.

"Setelah itu keruangan saya ya." Sahutnya sambil berlalu.

Shafa buru-buru masuk ruang resepsion, antara panik dan excited. Panik karena pak Andrew berarti tau dia telat, excited karena nggak sabar gosipin si mas nilai delapan.

What a busy morning.

***

Sepenggal Kisah ShafaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang