Chapter 42

6 0 0
                                    

When he wanted to take her a picture,
he didn't tell her to smile,
but told her "I love you"
and her smile was more beautiful.

"Capek, yang?"

Shafa mengangguk menjawab pertanyaan Ditan sambil senderan.

"Kamu kok nggak bilang-bilang sih mau jemput? Emang kamu lembur juga tadi?"

"Enggak... Tadi aku santai-santai aja dulu di kantor. Biar sekalian bisa pulang bareng kamu."

"Kamu nggak capek, yang?"

"Nggak. Kan santai-santai." Jawab Ditan. "Lagian besok kan aku nggak masuk kantor juga."

"Hah?" Shafa bingung.

"Besok siang kan aku berangkat ke Bandung, yang..."

Oh, iya. Hari Sabtu ini, Ditan dijadwalkan jadi salah satu pembicara di seminar yang diadakan kampusnya jaman dulu di Bandung. Jadi hari Jum'at besok dia berangkat.

"Oh, iya..." Jawab Shafa. "Jadi kita nggak ketemu ya Sabtu ini..."

"Kamu kan ada lamarannya Satya juga."

"Oh, iya..." Shafa memandangi jalanan di luar sana. "Duh, seragam lamaran udah di ambil dari laundry belum ya? Eh, udah ding."

Ditan geleng-geleng kepala.

"Pusiiingg... Kalau lagi closing gini nih. Yang lain kelupaan. Yang ada di kepalaku cuma satu: Selisih neraca." Keluh Shafa. "Aku mau ikuttt ke Banduungg..."

"Yuk ke Bandung, sekarang?" Ditan nyengir.

Shafa mencubit lengan Ditan.

"Mulai deh." Katanya.

Ditan tersenyum dengan pandangan lurus ke jalan di depan sana.

"Yang," panggil Shafa.

"Hmm?"

"Kok aku merasa gimanaaa gitu kamu mau ke Bandung besok."

"Gimana, gimana?"

"Yaaa... Gituu..." Kata Shafa. Feeling nggak enak maksudnya, cuma pamali diomongin takut kejadian. Amit-amit. "Kamu ati-ati ya nyetirnya. Nggak usah ngebut-ngebut."

"Iyaaa..."

"Kamu tau kan km berapa tol cipularang itu rawan? Nah pelan-pelan aja ya?"

"Iya, bu. Baik, bu." Ledek Ditan.

Shafa menepuk lengan Ditan.

"Kamu ah." Katanya.

Ditan ketawa lalu memberhentikan mobilnya tepat di depan rumah Shafa.

"Sudah sampai, bu." Katanya bercanda.

"Ih." Shafa melepas seatbelt nya.

"Aku langsung ya. Nggak enak sama mama papa kamu udah malem gini."

"Iyyaaa..." Shafa membentangkan kedua tangannya. "Peluk duluuu..."

Ditan mencondongkan tubuhnya lalu memeluk Shafa.

"Makasih yaaa udah di jemput malem inii..." Kata Shafa.

"Mmmmh..."

Shafa melepas pelukannya.

"I love you." Bisik Ditan.

Shafa memandangi Ditan.

"Love you, too." Balasnya. "Ati-ati besok ya."

Ditan mengangguk.

Kemudian Shafa pun turun dari mobil itu dan masuk ke dalam pagar rumahnya.

***

Sepenggal Kisah ShafaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang