Chapter 59

7 0 0
                                    

"Let me just..."

Gilang mendekatkan wajahnya ke wajah Shafa, dan dia menciumnya perlahan. Bukan di kening, bukan di pipi, tapi tepat di bibirnya.

Shafa diam terpaku, menyentuh bibirnya, menatap Gilang dengan tatapan kaget.

"I love you, always have and always will."

"Lang..."

Lalu Gilang kembali mendekatkan wajahnya lagi ke wajah Shafa, kali ini tangannya memegang lembut dagu Shafa...

"Lang! Gilang!"

Kedua mata Gilang terbuka seketika.

Shit.

Ini bisa ditunda nanti nggak buka matanya, kalau udah selesai semuanya. Semuanya?

Gilang melihat Vina di hadapannya, berdiri di samping kursi tempat dia tertidur.

"Lo bercanda kan ya, ketiduran di depan laptop, di atas SAK?" Kata Vina. "Harusnya gw instastory-in dulu tadi, biar semua cewek-cewek itu tau Arya Gilaaaangg... kalo tidur bibirnya monyong-monyong."

Gilang mengucek-ucek matanya.

"Kenapa lo nggak instastory? Jadi bos gw tau, gw berdedikasi sama kerjaan." Katanya. "Sini coba, gw pura-pura tidur lagi, sekarang ditambah tangan kiri di atas kalkulator, biar sekalian."

"Najong." Vina memonyongkan bibirnya sambil mengantongi handphone yang dari tadi dia pegang.

"Lo ngapain di sini? Maen masuk aja kamar orang. Ketok pintu kek, misscall kek."

Vina memutar bola matanya.

"Gw ke sini semata-mata mau ngasih tau, di bawah ada nasi uduk, kalo lo nggak mau, bakal gw abisin sekalian bala-balanya." Sahutnya sambil berlalu dari situ.

Gilang terkesiap. Dia segera bangkit dari duduknya dan menyusul Vina menuruni anak tangga menuju lantai bawah. Terdengar sayup-sayup suara mamanya Gilang sedang mengobrol dengan seseorang.

"Udah pas itu mbak. Kayak yang mau manten."

Gilang berjalan menuju ruang tamu dimana suara-suara itu berasal, sambil mengunyah sepotong bala-bala yang diambilnya dari meja makan setelah turun tangga tadi.

"Iya ya, ayu tenan kamu, nduk. Wis koyo pengantin." tambah mamanya Gilang.

Siapa sih, cewek pakai kebaya warna merah marun dengan kain songket merah-gold yang sedang membelakangi Gilang ini. Kayak familiar...

"Eh, Gilang. Coba kamu lihat Shafa sini." tambah mamanya Gilang saat melihat Gilang memasuki ruang tamu sambil mengunyah bakwan.

Shafa?

Gilang bengong, berhenti mengunyah bakwannya, memandang Shafa yang baru saja membalikkan badannya menghadap Gilang.

"Lo ngapain, Fa?"

Shafa balik memandangi Gilang.

"Nyobain kebaya." jawabnya singkat sambil merentangkan tangannya sedikit. "Bagus kannn..."

Gilang masih terbengong-bengong.

"Hmm." katanya singkat sambil kembali mengunyah bala-balanya.

"Adat sumatra pakai songket ya, Fa." sahut Vina yang sedari tadi hanya diam mengamati.

"Iya, mbak Pinta, calonnya Satya kan orang Palembang, jadi pakai adat Palembang nanti." jelas Shafa sambil beranjak pergi dari situ. "Ganti baju dulu deh."

"Kalau nanti, mbak Shafa sama mas Gilang rencana pakai adat apa?"

Shafa berhenti berjalan mendengar pertanyaan mas Misna itu.

"Siapa, mas?" tanyanya bingung.

"Mbak Shafa sama mas Gilang." ulang mas Misna. "Kan mbak Shafa dari Jawa Barat, kalau mas Gilang dari Jawa Tengah."

Semuanya terdiam, sementara Vina nyengir di pojokan.

"Belum tau, mas." jawab Shafa sambil senyum awkward, melirik Gilang sekilas. Yang dilirik, balas melirik sebentar, kemudian berpura-pura sibuk dengan bala-balanya yang nggak kunjung habis. "Aku ganti baju dulu deh..."

Shafa pun berlalu dari situ.

"Laperrr... sarapan dulu ahh..." Gilang beranjak pergi dari situ. "Sarapan, mas Misna."

"Iya, iya mas."

"Nasi uduk yang piring biru punya gw yaaa... Do not touch. Apalagi nyicip." sahut Vina cepat sambil mendahului Gilang.

"Kapan lamarannya, bu?" tanya mas Misna pelan, lebih didasarkan kekepoan, bukan karena target jahit.

Gilang memperlambat langkahnya mendengar perkataan mas Misna dari balik tembok ruang tamu.

"Kamu." Nyokapnya Gilang tersenyum sambil menggeleng-gelengkan kepalanya. "Mbak Shafa itu sudah punya pacar serius, temannya mas Gilang juga."

Mas Misna mengangguk-angguk.

"Saya kira mbak sama masnya mau nikah, bu. Habis kemana-mana selalu berdua. Kemarin acaranya mas Satya juga berdua." Curhat mas Misna. "Mas Gilang kelihatannya perhatian sama mbak Shafa, bu."

Nyokapnya Gilang tersenyum, entah apa yang ada di dalam hatinya.

"Jodoh bu, kayaknya. Bener bu, perasaan saya mah kuat, sering kerja buat calon manten." lanjut mas Misna sungguh-sungguh.

Gilang beranjak pergi dari situ dengan perasaan yang campur aduk.

***

Sepenggal Kisah ShafaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang