Part 3 - Dariel Ananta Mahendra

1.5K 138 5
                                    

Tekan bintangsebelum membaca


Happy reading





Suasana kelas mendadak hening saat bu Asri masuk ke kelas. Siswa siswi yang tadinya koar-koar tidak jelas, sekarang diam seperti patung.

"Anak-anak, PR kalian kumpulkan sekarang juga!" tegas bu Asri. "Rasya dan Raline, tolong dikumpulkan."

Alana mendengus, ternyata bu Asri masih ingat saja PR yang diberikannya. Tangan Alana mencari-cari buku bersampul biru itu tapi tidak ketemu juga, Alana memeriksa sekali lagi isi tasnya. Namun tidak ketemu juga bukunya. Ini nih sifat menyebalkan dari Alana, pelupa.

"Mati gue, buku gue ketinggalan lagi," gumam Alana pelan. Ia masih berpikir kenapa tadi lupa memasukkan buku fisikanya, padahal semua soal sudah Alana kerjakan berkat bantuan Devan.

"Kenapa, Al?" tanya Dariel melihat Alana kebingungan mencari sesuatu. Apalagi raut wajahnya yang panik, Alana tidak akan bisa menyembunyikan kebohongan. Kalau seandainya dia menjawab tidak ada apa-apa.

"Eh itu ... Buku fisika gue ketinggalan di rumah. Padahal semalem udah gue kerjain semua soalnya," jelas Alana.

"Yakin ketinggalan?" tanya Devan memastikan.

Alana mengangguk semangat. "Iya, gue yakin kok. Gue lupa nggak naruh di tas, semalem pikirnya besok pagi mau dibaca ulang biar ngerti," jawabnya.

Dariel mengerti penjelasan singkat Alana. Sifat pelupa dari Alana memang tidak bisa dihilangkan begitu saja. Dariel memegang buku fisikanya dan ditaruh lagi di tas.

Rasya dan Raline berkeliling mengumpulkan PR teman-temannya. Saat Rasya datang, jantung Alana berdetak lebih kencang, dia belum siap menghadapi kemarahan bu Asri jika mengetahui dia lupa membawa PR kemarin.

"Mana buku kalian?" tanya Rasya. Alana menggigit bibir dalamnya waswas, masalahnya ini bukan pertama kalinya Alana lupa membawa tugasnya ke sekolah.

"Buku gue ketinggalan, lo lewatin aja deh," bisik Alana. Rasya mencibir pelan lalu lanjut melangkahkan kakinya melewati meja Alana.

Dalam hati, Alana merutuki kebodohannya. Bagaimana dia bisa lupa membawa buku fisikanya sih? Susah payah dia belajar, sia-sia sudah perjuangannya semalam.

Bu Asri mulai menghitung tumpukan buku di mejanya. Matanya yang tajam melihat absen hari ini dan mencocokkan dengan jumlah buku. Ternyata jumlah bukunya kurang dua.

"Siapa yang tidak mengerjakan PR, berdiri sekarang!" tegas bu Asri.

Seluruh siswa menengok kanan kirinya ikut waswas melihat urat leher bu Asri sudah terlihat. Mereka tahu, bu Asri guru yang paling disiplin dan taat tata tertib. Jadi tidak heran, beliau dianggap musuh bagi siswa bandel yang hobinya keluar masuk ruang BK.

Alana berdiri, matanya melotot saat melihat Dariel juga iku berdiri. Padahal Alana tahu kalau Dariel membawa buku fisikanya.

"Lo ngapain ikut berdiri? Kan lo bawa buku fisika," bisik Alana.

Dariel tetap berdiri santai. "Gue nemenin lo, daripada dihukum bu Asri sendirian kan. Mau lo dihukum sendirian?"

Alana menggeleng kuat-kuat, ia tidak siap kena hukum bu Asri, apalagi kalau sendirian. Mau ditaruh mana mukanya, meskipun Alana agak susah menerima pelajaran, dia juga masih punya rasa malu. Diam-diam, seulas senyum tipis terlukis dibibir Alana, entah mengapa rasa hangat menyelimuti perasaannya sekarang.

Buku Harian Alana [✔]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang