Part 21 - TER-SE-RAH

676 59 0
                                    

Tekan bintangsebelum membaca


Happy reading



"Alana maaf, jangan marah lagi ya," mohon Devan. Sekarang ia sedang berusaha merayu Alana supaya tidak marah lagi dengannya. Gara-gara soal badut kemarin.

Alana duduk di kursi teras rumahnya sambil mengikat tali sepatunya. Pagi ini Devan sudah berada di rumah Alana karena ingin berangkat bareng gadis itu, seperti biasa.

"Ngomong dong Al, jangan marah lagi ya, ya," lanjut Devan tetap teguh membujuk Alana. "Gue turutin deh apa aja permintaan lo," pasrah Devan.

Kepala Alana mendongak menatap Devan, Alana melihat adanya kesungguhan di mata Devan. Sebenarnya Alana tidak marah perihal kemarin, hanya saja Alana ingin tahu seberapa tahan Devan membujuknya. Di tambah tawaran menarik dari Devan tadi, Alana tidak boleh menyianyiakan kesempatan emas ini. Dasar gadis licik.

"Beneran lo mau turutin apa aja yang gue minta?"

Sontak Devan mengangguk yakin, meskipun hatinya meragu kalau yang diminta Alana tidak aneh-aneh.

Senyum miring tercetak di wajah cantik Alana, sangat tidak pas ia menjadi tokoh antagonis. "Lo harus temenin gue ikut Car Free Day, Oke?" pintanya.

Nah, benar kan kata Devan, ia sangsi keinginan Alana tidak aneh-aneh. Terbukti sekarang.

"Ganti ya Al, lo tau sendiri gue nggak bisa bangun pagi. Em, gimana gue traktir es krim aja," tawar Devan.

Alana menggeleng. "Nggak ada penolakan, lo sendiri yang bilang tadi,"

"Gue ajak lo timezone sepuasnya gimana?" bujuk Devan.

"Nggak."

"Yaudah iya, cepetan pasang sepatunya nanti kita terlambat masuk sekolah," ujar Devan. Mengakhiri perdebatan dengan Alana, sejujurnya ia menolak keinginan Alana kali ini. Tapi bagaimana, ia sudah terlanjur berjanji.

"Ah lo pakai sepatu lama amat, keburu bel masuk," gerutu Devan. Dengan cekatan dirinya jongkok di depan Alana, dan membuat simpul untuk menali sepatu Alana.

Perlakuan Devan membuat Alana kaget, belum pernah Alana diperlakukan manis seperti ini oleh seorang laki-laki.

Alana beranjak setelah Devan selesai mengikat sepatunya, lalu ia berjalan mengikuti Devan ke arah motor hitamnya. "Makasih, makin lop deh sama lo," ucap Alana menggoda Devan.

Untung Devan sudah kebal dengan godaan dan kata-kata manis Alana.

"Jangan ge er dulu, gue cuma nggak mau ya kita terlambat gara-gara nungguin lo ngikat sepatu doang, dasar lelet," elak Devan.

Alana cemberut kesal. Baginya Devan adalah spesies manusia yang masuk dalam daftar urutan orang paling menyebalkan di hidup Alana.

Meskipun kadang menyebalkan, tetapi Alana sayang. Jangan salah paham, Alana menyayangi Devan sebatas teman atau bisa dibilang sahabat, tidak lebih dari itu.

"Ngadem kuy di perpus," ajak Karina yang disambut antusias oleh kedua sahabatnya.

Hari ini cuaca berbeda dengan hari-hari kemarin. Cenderung lebih panas. Istirahat kedua ini digunakan Alana and the gang untuk ngadem di perpus.

Buku Harian Alana [✔]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang