Tekan bintang ⭐sebelum membaca
Happy reading
❇
Alana mendekat ke arah Aurel. Ia menarik tangan Aurel agar mengikuti Alana berdiri, tanpa kata-kata, Alana memeluk erat Aurel. Tangannya mengelus punggung Aurel, memberikan ketenangan.Aurel justru semakin tergugu, wajahnya dia tenggelamkan di bahu Alana. Air matanya mengucur bebas, sampai Alana merasakan bagian pundaknya basah akibat air mata Aurel. Namun Alana membiarkannya, sampai Aurel merasa tenang, jujur ini pertama kalinya Alana melihat Aurel serapuh ini. Mungkin sebelumnya Aurel juga rapuh, tapi gadis itu sangat pandai menyembunyikannya dari Alana.
Alana tetap mengelus punggung Aurel. "Udah kak, bisa jadi cuma lo yang salah paham," ujar Alana berusaha menenangkan Aurel yang masih menangis.
Aurel melepaskan pelukan Alana, ia mengambil ponselnya yang tergeletak di kasur, kembali menunjukkan video itu pada Alana. "Salah paham gimana? Ini nyata Al, lo liat, kan?!"
Tangan Alana mengusap bahu Aurel pelan, ia semakin prihatin melihat keadaan Aurel, rambutnya sudah acak-acakan, matanya sembab dan memerah. Kalau Aurel sudah berkata seperti itu, Alana bisa apa? Menyanggah dan meyakinkan Aurel pun akan sia-sia.
Aurel sudah tenang, hanya napasnya yang masih tersendat-sendat. "Makasih Al, udah dengerin gue curhat. Maaf, gue nangis di pundak lo," ujar Aurel.
"Nggak papa kak, gue malah seneng bisa dengerin curhat lo. Lain kali, kalau punya masalah jangan ragu untuk cerita sama gue," tutur Alana.
"Gue ke kamar ya, udah malem."
Alana mengangguk singkat. Setelah Aurel keluar dari kamarnya, Alana menatap buku hariannya yang hampir saja di buka Aurel. Ia mendekat ke meja belajarnya dan membuka tulisan tangannya kemarin. Niat Alana ingin kembali menulis, mencurahkan isi hatinya sepanjang hari ini. Tetapi dia sudah sangat mengantuk dan badannya capek akibat latihan basket.
"Kalau nggak gue tulis sekarang, takut lupa. Tapi ngantuk banget," gumam Alana.
"Besok aja deh," lanjut Alana.
Ia menyiapkan buku pelajaran sesuai jadwal besok pagi. Alana berniat menulis di buku hariannya besok setelah salat subuh. Sebelum berangkat sekolah.
Untuk mengingatnya, Alana sudah menyiapkan bolpoin diatas buku hariannya. Serta note berisi.
Tulis diary tentang pertanyaan Karina, latihan basket bareng Devan, dan curhatan kak Aurel.
*dari sisi gue.
❇
Gawat! Alana telat bangun.
Mata Alana melotot sempurna melihat jam beker di genggamannya. Dengan segera ia melompat dari kasur, dan menyambar handuk di belakang pintu kamarnya. Dengan kilat, ia berlari menuju kamar mandi. Sebenarnya tadi subuh Alana sudah bangun untuk menunaikan salat, tetapi udara dingin membuatnya tertarik lagi ke kasur, melanjutkan tidurnya.
Alana melangkah lebar menuju meja riasnya. Wajahnya dipoles sedemikian rupa agar terlihat segar, tidak banyak, ia hanya memakai bedak dan liptint sewajarnya. Pandangan Alana jatuh pada meja belajarnya, diatasnya masih ada buku hariannya yang sama sekali belum Alana sentuh.
KAMU SEDANG MEMBACA
Buku Harian Alana [✔]
Fiksi RemajaCerita sudah tamat dan part masih lengkap. Yuk baca :) Jangan lupa follow juga ya :) #3 in penulisamatir 11 Juli 2019 #1 in dariel 31 Juli 2019 #9 in highschoolstory 19 November 2019 Alana Stephanie Indrawan, nama yang tertulis di akta kelahirannya...