Tekan bintang ⭐ sebelum membaca
Happy reading
❇
Senyum Alana mengembang sempurna. Sementara Devan, dari raut wajahnya sekarang semua orang tahu, kalau dia sedang kesal. Karena perempuan disampingnya ini susah sekali dinasihati. Tangan Alana menadah air hujan yang turun dari atap halte. Ya siapa yang tahu kalau hujan akan turun, Mereka berdua terjebak hujan ditengah jalan.
"Al, udah deh jangan main air hujan, nanti kalau sakit gimana?" ucap Devan, mulai dongkol karena dari tadi Alana tidak mendengarkan nasihatnya.
Alana semakin tersenyum, kenapa sih membuat Devan kesal sangat menyenangkan? Kan Alana jadinya ketagihan. Hehe.
Senyum miring tercetak dibibir Alana, tangannya menadah air dan memerciki Devan. Seketika tawanya menggelegar di tengah hujan, melihat wajah Devan yang seperti ingin makan orang. Kalau saja tidak ingat Alana sahabatnya, mungkin Devan sudah meninggalkannya sendirian disini.
Saking senangnya mengerjai Devan, Alana berlari di tengah jalanan malam. Alana mengira Devan akan mengamuk dan mengejarnya, karena kesal. Tapi ternyata tidak. Dan tidak langsung Alana hujan-hujanan walaupun sebentar.
"Kalau nggak bisa gue bilangin gue tinggal nih," ancam Devan. Senyum tipis menghiasi wajah Devan saat melihat Alana kembali duduk disampingnya. Akhirnya anak ini nurut juga.
"Devan," panggil Alana. Devan hanya bergumam merespons panggilan Alana. "Lo suka hujan, nggak?"
"Suka. Tapi hujan yang rintik aja, nggak yang hujan lebat," jawab Devan sekenanya.
"Gue dulu suka hujan, ayah selalu bilang kalau hujan itu rahmat dari Allah. Semenjak gue nggak tinggal sama ayah lagi, entah kenapa gue benci melihat hujan," jelas Alana padahal Devan tidak bertanya.
"Hujan nggak salah, Al. Pikiran lo aja yang memperburuk semuanya," ucap Devan. Alana terbengong, kenapa Devan bisa menebak apa yang ingin dikatakan Alana? Baru saja Alana ingin bercerita kalau dia benci hujan karena mengingatkan pada kehancuran keluarganya. Alana curiga, Devan sekarang seperti cenayang.
"Kok lo tau gue bakalan punya pikiran buruk tentang hujan?" tanya Alana.
"Asal lo inget, lo selalu cerita tentang hujan dan keluarga lo ke gue. Mungkin kalau dihitung udah ke-3 kalinya lo cerita," Devan terkikik geli melihat wajah Alana yang kebingungan. Alana benar-benar gadis polos yang terlihat menggemaskan sekarang.
"Emang iya, ya?" Ternyata Alana masih berusaha mengingatnya. Butiran air hujan terlihat menempel dirambut Alana, Devan mengusap lembut rambut Alana sehingga menjadikannya lepek. Alana pun diam saja, dia membiarkan tangan Devan menyentuh rambutnya.
Hening sesaat. Alana dan Devan sama-sama diam, Alana menikmati hujan. Sedangkan Devan sibuk sendiri mengelus rambut Alana walaupun dicepol seperti biasa.
"Waktu kecil gue dulu sering hujan-hujanan. Berlarian kesana kemari sama kak Aurel, tapi setelah itu dimarahin mama," cerita Alana.
"Tapi gue belum pernah cerita ini ke lo, kan?" tanya Alana.
Devan mengacak rambut Alana. "Belum kok, cerita aja," Alana tersenyum dan membenarkan duduknya, supaya nyaman bercerita.
KAMU SEDANG MEMBACA
Buku Harian Alana [✔]
Novela JuvenilCerita sudah tamat dan part masih lengkap. Yuk baca :) Jangan lupa follow juga ya :) #3 in penulisamatir 11 Juli 2019 #1 in dariel 31 Juli 2019 #9 in highschoolstory 19 November 2019 Alana Stephanie Indrawan, nama yang tertulis di akta kelahirannya...