Part 44 - Manis

474 46 10
                                    

Tekan bintangsebelum membaca

Happy reading


Alana sedang duduk manis di teras rumahnya. Lebih tepatnya tengah menunggu seseorang menjemputnya. Gadis itu kembali melirik jam tangannya, kemudian menghela napas kasar saat tidak ada tanda-tanda kendaraan melewati rumahnya.

Untuk mengalihkan kebosanannya menunggu, Alana membuka ponsel. Sekadar melihat-lihat beranda instagramnya.

Tak lama gadis itu asyik dengan dunianya, sebuah mobil berhenti di depan pagar rumahnya. Kini Alana beranjak dari duduknya saat sebuah pesan masuk di ponselnya.

Brak....

Alana menutup pintu mobil cukup kasar, mungkin karena kesal seseorang disebelahnya terlambat menjemput dari jam yang telah dijanjikannya.

Melihat Alana sudah memasang sabuk pengaman, Dariel dengan tenangnya melajukan mobil menjauhi rumah Alana.

Kekesalan Alana meningkat saat mobil yang dikendarai Dariel terjebak macet. Maklum sekarang malam minggu.

Agar mobil tidak begitu hening, Dariel berisiatif menyalakan lagu yang disambungkan bluetooth dengan ponselnya. Masih tidak menyadari orang disebelahnya sedang kesal dan ingin dirayu. Eh, atau mungkin Dariel hanya berpura-pura tidak menyadari kekesalan Alana?

Akhirnya kemacetan ini berlalu sudah, sekarang Dariel mencari tempat parkir yang agak lengang di sebuah mal, meskipun itu rada sulit. Bahkan sangat sulit.

Setelah mobil Dariel terparkir, Alana segera turun dan berjalan meninggalkan Dariel. Mungkin agak kekanakan, tetapi Alana ingin tahu seberapa sabar Dariel menghadapi dirinya. Please deh, kurang sabar apalagi Dariel terhadap Alana, seminggu lebih sudah tahan menjadi guru les privat Alana. Atau ini hanyalah alibi Alana supaya dikejar Dariel?

Langkah Alana terhenti, tubuhnya tersentak kaget karena gerakan seseorang yang tiba-tiba mencekal dari belakang salah satu pergelangan tangannya. Setelah menetralkan rasa kagetnya, senyum Alana mengembang, mungkin sedetik. Setelahnya gadis itu memasang ala-ala muka datar dan bersiap balik badan menatap orang itu.

"Devan?!" pekik Alana tidak percaya. Lebih tepatnya tidak menyangka yang menahannya tadi Devan, karena perkiraan Alana adalah Dariel. Memang benar, hidup tak seindah drama korea. Atau mungkin lebih tepatnya kenyataan tak seindah cerita wattpad.

"Lo ngapain sendirian disini?" tanya Devan mengabaikan keterkejutan Alana.

"Lah, sendirinya ngapain disini?" tanya balik Alana tidak mau kalah.

"Gue nggak sendiri, nih disamping gue ada malaikat rakib atid," elak Devan.

Alana memutar matanya malas, ia paling tidak suka saat serius dibercandain. "Serius ini!"

"Gue kesini sama seseorang," dalih Devan. "Kalau lo, gue nggak yakin berani sendirian kesini. Ngaku sama siapa kesini,"

"Sama seseorang," cetus Alana menirukan nada bicara Devan tadi.

Tiba-tiba seorang perempuan menghampiri Devan. Alana yang melihatnya pun tersenyum, sepertinya tidak perlu jawaban Devan. Karena ini sudah membuktikannya.

"Cie, yang lagi ngedate," bisik Alana dengan nada bercanda. Namun lain dihatinya, ia merasakan sedikit sesak. Mungkin rasa kecewa karena Devan tidak bercerita apapun tentang perempuan itu, termasuk sejauh apa hubungannya. Bukankah Alana sahabatnya?

Buku Harian Alana [✔]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang