Tekan bintang ⭐sebelum membaca
Happy reading
❇
"Heh! Bengong aja, yuk balik," ajak Devan. Alana terlonjak kaget pasalnya sekarang dirinya tengah berdiri seorang diri di dekat pos satpam sekolah."Ih, ngagetin aja sih!" kesal Alana, tangannya memukul lengan atas Devan.
Tangan Devan mencoba menahan tangan Alana yang terus memukul lengannya. Bukannya meringis, Devan malah tertawa melihat raut wajah kesal Alana. Pukulan Alana tidak seberapa baginya, kecuali cubitannya. Benar-benar cubitan maut.
"Udah-udah, ampun."
Alana menghentikan aksi pukulnya, dan mulai menjauhkan tangannya dari Devan. Setelahnya, tanpa mengatakan apa-apa Alana berjalan menuju parkiran, tepatnya ke arah motor Devan. Meninggalkan Devan di belakangnya yang masih memerhatikan gerak geriknya.
"Dasar orang aneh, bukannya minta maaf main nyelonong aja," gerutu Devan. Tetapi ia tetap melangkah menyusul Alana.
"Lo gak bawa helm? Kenapa ngajak gue balik bareng?" tanya Alana pada Devan yang sekarang sudah berada disampingnya.
Devan menggaruk tengkuknya yang tidak gatal, kenapa dia bisa lupa tadi. "Maaf gue lupa, ntar deh cari," ucapnya. Alana mengerutkan keningnya bingung mendengar ucapan Devan tadi.
Devan segera naik dan memakai helmnya. "Udah, ayo naik!"
Alana akhirnya naik di boncengan motor Devan. Walau awalnya ragu karena nggak pakai helm, tetapi akhirnya dia nurut juga.
"Udah?" tanya Devan dibalik helmnya. Alana hanya bergumam merespons pertanyaan Devan. Tangan Alana sudah siap memegang bahu Devan, dan pengangan itu siap jadi cengkeraman kalau saja Devan melajukan motornya terlalu cepat.
"Pegangan yang kenceng, nanti jatoh!" peringat Devan.
"Hah?!" Alana kurang mengerti peringatan Devan. Dan tanpa aba-aba, Devan mengegas motornya kencang. Tangan Alana yang sebelumnya berada di pundak Devan, entah kenapa kini beralih memeluk kencang perut Devan.
"AAA!! DEVAN NYEBELIINN!!" teriak Alana sambil memejamkan matanya. Rasanya jantung Alana melompat keluar bersamaan Devan yang ngegas motornya tiba-tiba. Padahal ini masih dilingkungan sekolah, Devan berani-beraninya mengendarai motor kencang, mentang-mentang sudah sepi.
Kecepatan motor Devan mulai berkurang, sekarang Alana bisa menghela napas lega. Tangannya yang memeluk perut Devan segera dia tarik dan beralih memukul-mukul kepala Devan yang terbungkus helm.
"ADUH ... AMPUUNN!!" pekik Devan saat merasa kepalanya ditimpa beban berkali-kali.
"Makanya jangan aneh-aneh deh, gue kaget tau!" ujar Alana, kesal. Sementara Devan tersenyum tipis dibalik helmnya, ia suka melihat Alana kesal. Baginya sangat lucu ekspresi Alana saat marah-marah.
"Iya deh, maaf ya my babe Alana," goda Devan. Kalian pikir hanya Alana yang bisa mengucapkan kata-kata itu? Hm, Devan juga bisa dong.
Seketika, pinggang Devan terasa perih dan panas. Cubitan maut Alana keluar juga. Sambil meringis, Devan mengulum senyumnya, ia sempat melihat pipi Alana yang memerah akibat godaannya tadi.
Sepanjang jalan hanya keheningan yang menemani Devan dan Alana. Mereka berdua fokus dengan kegiatan masing-masing. Devan fokus pada jalanan dan Alana fokus memerhatikan tempat yang dilaluinya. Motor Devan berhenti di sebuah toko, Alana turun dan melirik Devan dengan tatapan heran.
KAMU SEDANG MEMBACA
Buku Harian Alana [✔]
Teen FictionCerita sudah tamat dan part masih lengkap. Yuk baca :) Jangan lupa follow juga ya :) #3 in penulisamatir 11 Juli 2019 #1 in dariel 31 Juli 2019 #9 in highschoolstory 19 November 2019 Alana Stephanie Indrawan, nama yang tertulis di akta kelahirannya...