Tekan bintang ⭐ sebelum membaca
Happy reading
❇
Alana terbangun dari tidurnya. Ia meraih ponsel di nakas dan menyalakannya. Pukul 03.00, Alana menghela napas pelan dan duduk di pinggir kasur.
Ia melirik sekilas nakas, tidak ada air minum. Kini dengan mata setengah mengantuk, Alana berdiri memegang ponselnya dan menyalakan senter. Alana haus dan dia akan mengambil minum di dapur. Sebenarnya Alana cukup takut berjalan ke dapur dengan keadaan gelap, tapi mau gimana lagi Aurel masih terlelap dalam tidurnya. Dan Alana tidak tega membangunkan kakaknya demi menemaninya mengambil air minum.
Dengan langkah pelan dan hati-hati, Alana sampai juga di dapur. Ia menyalakan lampu dapur dan mengambil minum di kulkas. Gadis itu duduk sebentar di kursi, setengah gelas air putih sudah diminumnya. Cukup melegakan dahaga Alana.
Di tengah matanya yang setengah mengantuk, Alana terlonjak kaget saat ponselnya bergetar. Ia melihat layarnya dan melotot sempurna mengetahui Devan menelponnya.
"Halo," sapa Alana dengan nada suara setengah hidup.
"Woi, lo dimana?" tanya Devan.
Alana menjauhkan ponselnya dan menatap layarnya sekali lagi, memastikan yang menelponnya itu benar Devan.
"Ada apa nelpon malem-malem gini?"
Devan terlihat mengehela napas berat. "Tadi lo udah gue WA, tapi centang satu, yaudah gue telpon aja. Sekarang lo dimana?"
"Ya di rumah ayah gue lah, kan lo tau gue sekarang lagi ada di Malang," jawab Alana malas-malasan. Jangan bilang Devan cuma iseng nelepon supaya ada yang nemenin begadang.
"Gue ada di depan, cepetan kesini," ujar Devan.
Mata Alana melotot seketika mendengar ucapan Devan, kantuknya tadi entah hilang kemana. Alana mengerjapkan matanya beberapa kali, memastikan tadi dia tidak salah dengar. Atau jangan bilang Devan nekat ke Malang menyusul Alana liburan.
"Depan mana woi, jangan bercanda elah," ucap Alana dengan kesal.
"Depan pintu rumah ayah lo, cepetan bukain!! bisa-bisa gue mati kedinginan disini," tutur Devan.
Secepatnya Alana mematikan sambungan telepon dari Devan. Ia kembali menyalakan senter dan melangkah tergesa-gesa menuju pintu utama rumah ini.
Devan mengehela napas lega saat dari jendela ia melihat ruang tamu menjadi terang. Dan juga mendengar derap langkah mendekat sambil membuka kunci pintu.
Raut wajah masam Alana, menjadi sambutan selamat datang untuk Devan. Dengan cengiran tanpa dosa Devan masuk dan duduk di sofa ruang tamu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Buku Harian Alana [✔]
Novela JuvenilCerita sudah tamat dan part masih lengkap. Yuk baca :) Jangan lupa follow juga ya :) #3 in penulisamatir 11 Juli 2019 #1 in dariel 31 Juli 2019 #9 in highschoolstory 19 November 2019 Alana Stephanie Indrawan, nama yang tertulis di akta kelahirannya...