Part 22 - Basket Malam Hari

602 55 2
                                    

Tekan bintangsebelum menbaca

Happy reading


Devan menoleh melihat ponselnya diatas meja bergetar. Sepertinya seseorang telah mengirim pesan untuknya. Ia melihat pada perempuan disebelahnya, seakan meminta izin untuk mengambil dan membalas pesan itu.

Ferris tersenyum dan mengangguk, mengizinkan Devan, seakan mengisyaratkan "nggak papa kok, balas aja dulu," yang membuat Devan terfokus dengan ponselnya. Ya, perempuan yang dilihat Alana tadi adalah Ferris, dan sekarang tengah duduk disamping Devan.

Alana : Devan gue lupa, besok penilaian basket. Lo bisa nggak ajarin gue nanti malam? Kalau nggak bisa nggak papa kok, gue nggak maksa lo.

Devan sekilas melihat ke arah Ferris, gadis itu juga sibuk dengan ponselnya, entah sedang apa. Pandangan Devan kembali tertuju pada ponselnya, ia bingung ingin membalas apa.

Devan : Gue bisa kok, habis maghrib gue ke rumah lo. Kita latihan di lapangan dekat taman komplek.

Alana : Oke gue tunggu, makasih ya udah luangin waktu lo buat ngajarin gue.

Read

Devan menaruh kembali ponselnya ke atas meja. Ferris juga ikutan memasukkan ponselnya di tas selempangnya. Mata Devan bertabrakan dengan mata Ferris, seolah mata Ferris menunggu jawaban dari Devan.

"Maaf kak, nanti malam gue nggak bisa keluar sama lo. Gue udah ada janji ngajarin basket Alana," ucap Devan sekali tarikan napas.

"Its okay, yaudah gue pulang sekarang. Btw, makasih jaketnya," ujar Ferris memaksakan senyumnya, dan segera keluar dari rumah Devan.

Gue nggak akan nyerah dapetin hati lo, Devan.

Seperti apa yang dikatakan Devan tadi, kini dia dengan Alana berada di lapangan dekat taman komplek. Bola basket sudah berada di tangan Alana, ia mendribble bola tersebut dengan sembarangan. Sebagai awal pemanasan.

Sepi. Satu kata yang menggambarkan sekitar lapangan basket sekaligus futsal terbuka ini. Karena hari sudah malam, tidak heran jika hanya mereka berdua disini. Biasanya setiap malam minggu anak komplek sering main futsal malam hari disini, sayangnya ini bukan malam minggu.

"Kasih trik dong biar bola gampang masuk ke ring," suruh Alana.

Devan menuruti ucapan gadis itu, ia dengan sabar menjelaskan dan mempraktekan teknik-teknik dasar bermain bola basket.

"Kalau sekiranya jaraknya lumayan dekat, lo berhenti dribble terus lo tembakin bolanya ke dalam ring. Nembaknya juga jangan asal-asalan, perlu ancang-ancang," jelas Devan. Sebenarnya Alana tidak susah diajari basket, tetapi sayang anak itu pelupa. Takutnya malam ini bisa, tapi tidak tahu besok pas penilaian.

"Oke gue udah ngerti, siniin bolanya!" Devan menyerahkan bola pada Alana. Senyum gadis itu merekah, seakan yakin dirinya bisa memasukkan bola dalam ring.

Devan tertawa remeh melihat Alana kembali gagal menembakkan bola. Kakinya mendekat dan mengambil bola yang dilempar Alana, ia kembali memberi contoh menembakkan bola yang benar, dan ....

Buku Harian Alana [✔]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang