Tekan bintang ⭐ sebelum membaca
Happy reading
❇
"Jadi, Om Wisnu itu papa kandung lo?!" tanya Alana cukup terkejut setelah mendengar cerita Devan. Kini, ia mulai mengerti kenapa Devan sedikit berubah setelah pertemuan mereka dengan Om Wisnu di Malang tempo hari.
Devan mengangguk, menjawab keterkejutan Alana.
"Terus kenapa Om Wisnu kesini? Dia mau ketemu tante Nesti?"
Lagi dan lagi Devan mengangguk. Alana juga ikut mengangguk tanda mengerti dengan pikirannya saat ini. Ia senang Devan bisa bertemu dengan papa kandungnya yang sudah lama menghilang tanpa kabar. Bukankah nasib Devan hampir mirip dengan nasib Alana? Namun, satu hal yang terasa mengganjal bagi Alana. Kenapa Devan terlihat melesu? Mungkinkah dia tidak senang? Entahlah, mungkin ini hanya pemikiran aneh Alana saja.
"Yuk, pulang, udah sore," ajak Devan mulai beranjak dari tempat duduknya.
Devan menghentikan motornya tepat di depan pagar rumah Alana. Gadis itu turun dan melepas helmnya yang terasa berat di kepala.
"Eh iya, gue mau ngomong bentar," ucap Alana mengurungkan niat Devan yang hampir saja melajukan motornya untuk pulang.
Devan menaikkan kaca helmnya. "Cepetan," suruhnya pada Alana.
"Ntar malem bisa nggak temenin gue keluar?" tanya Alana.
"Kemana?" sahut Devan.
"Nganterin oleh-oleh dari Malang buat tante Friska sama buat Karina Hilmi, dua bocah itu ya, nagihin mulu di sekolah. Sampai geli telinga gue dengernya," cerocos Alana.
Devan terlihat menimbang permintaan Alana. Raut wajahnya terlihat serius sedang memikirkan sesuatu.
Spontan Alana memukul lengan Devan. "Halah, sok sokan mikir lo, padahal tiap malem nganggur di rumah," ejek Alana
Devan ingin membalas perkataan Alana. Namun, sebelum kata-kata Devan keluar, sudah disela lagi oleh Alana.
"Eh iya gue lupa, kan sekarang udah punya pacar ya, kali aja nolak gue karena ada janjian sama doinya," sindir Alana.
Tangan Devan mengusap wajah Alana dengan gemas. "Nyerocos aja lo dari tadi. Iya iya gue temenin, asal lo juga kasih gue oleh-oleh,"
Alana menepis kasar tangan Devan. "Kan lo udah beli sendiri," elak Alana.
"Pelit banget dasar!" cibir Devan.
"Iya iya, ngambekan dasar!"
❇
Alana berjalan menuju rumah Devan. Sesekali dia bersenandung kecil, meskipun yang dinyanyikan hanya lirik itu-itu saja. Ada beberapa paper bag di kedua tangannya, itulah oleh-oleh yang akan dibagikannya malam ini.
Gadis itu berhenti bersenandung saat sampai di depan rumah Devan. Kakinya melangkah masuk ke dalam halaman dan menuju pintu utama.
Sekali Alana mengucap salam dan mengetuk pintu didepannya, namun tidak ada yang menyahuti. Malah terdengar seperti ada yang tengah mengobrol.
Dengan santainya Alana membuka pintu utama dan masuk ke dalam, karena ia berpikir Nesti atupun Devan tidak akan marah.
Langkah Alana mendadak terhenti, ia berdiri kaku saat melihat ada Wisnu yang sedang duduk di sofa ruang tengah rumah Devan. Juga ada Nesti disana, tapi batang hidung Devan tidak terlihat.

KAMU SEDANG MEMBACA
Buku Harian Alana [✔]
Teen FictionCerita sudah tamat dan part masih lengkap. Yuk baca :) Jangan lupa follow juga ya :) #3 in penulisamatir 11 Juli 2019 #1 in dariel 31 Juli 2019 #9 in highschoolstory 19 November 2019 Alana Stephanie Indrawan, nama yang tertulis di akta kelahirannya...