Part 34 - Ini Yang Namanya Jatuh Cinta

543 55 0
                                    

Tekan bintang ⭐sebelum membaca

Happy reading

Hari-hari berikutnya dilalui Alana sebagaimana mestinya. Hubungan persahabatannya kiat mengerat, ia dengan Dariel juga semakin dekat, kini Alana yakin bahwa Dariel memiliki rasa lebih terhadapnya.

Bisa dikatakan setiap hari mereka chattingan, walaupun membahas hal terkecil sekalipun. Namun komunikasi diantara keduanya tetap berjalan.

Alana berbaring di kasurnya, melepas lelah seminggu belajar di sekolah. Rencananya besok Alana ingin mengikuti CFD, sebagai permintaan maaf Devan tempo hari. Tetapi Alana sedikit ragu mengajak Devan, dikarenakan anak itu susah bangun pagi. Semoga saja besok dia bisa bangun lebih awal dari biasanya, kalau tidak, mungkin Alana akan marah padanya.

Tangan Alana merogoh tas sekolah yang ia letakkan disampingnya, mengambil ponsel.  Jarinya bergerak menekan layar ponsel, ia tengah mengirim pesan kepada seseorang.

Alana : Besok pokoknya harus ikut CFD, kalau lo nggak bisa bangun pagi, gue marah sama lo!

Setelah mengirimkan pesan, Alana meletakkan ponsel disampingnya. Matanya memejam, merasakan dinginnya AC yang menimpa wajahnya. Niatnya hanya memejamkan mata, apa daya malah keterusan tidur.

Alana merenggangkan kedua tangannya saat dirasa seseorang menggoyang-goyangkan tangannya.

"Neng Alana bangun, udah maghrib neng. Mandi dulu gih," ucap Bi Inem.

Alana terduduk mendengar ucapan bi Inem, matanya ia lebarkan seolah mengantisipasi tertutup lagi. Pandangannya tertuju pada jam dinding, benar sudah maghrib.

"Tadi bibi penginnya bangunin eneng, tapi kayaknya pules banget tidurnya, nggak tega," ujar Bi Inem seakan tahu apa yang dipikirkan Alana.

"Iya, nggak papa kok bi," balas Alana.

Bi Inem keluar dari kamar Alana, menuju dapur menyiapkan makan malam. Alana tidak langsung mandi, seakan rutinitas yang biasa ia lakukan setelah bangun tidur, tangannya mengecek ponsel.

Ada beberapa pesan masuk, tangan Alana menyentuh pesan dari Devan.

Devan : Iya sayangku, lo udah berapa kali ngingetin gue tentang itu..?

Alana terkekeh kecil membacanya, ia baru menyadari hal itu. Mungkin tidak bisa di hitung jari berapa kali Alana mengingatkan Devan tentang CFD untuk hari ini. Lebih menyebalkan lagi, kata-kata Alana memiliki artian yang sama. Mengingatkan Devan untuk bangun lebih pagi.

Alana mengetikkan balasan untuk Devan. Ia terkikik saat membaca ulang balasannya, setelah terkirim, Alana keluar dari room chat dengan Devan. Beralih ke pesan masuk yang lain.

Jarinya mengklik pesan dari Dariel, mengabaikan pesan-pesan dari grup kelas ataupun grup dengan ketiga sahabatnya ; Devan, Hilmi, dan Karina.

Dariel : Nanti malam ke mal yuk, mama papa gue ada urusan, jadinya gue di suruh jagain Vira.

Bahkan Dariel pun tidak malu-malu lagi terhadap Alana, atau pun terlampau cuek dan bodo amat. Seperti saat pertama kalinya kenal Alana. Mungkin dulu karena ia murid pindahan, jadinya harus adaptasi dengan lingkungan sekolah barunya. Termasuk menyesuaikan diri dengan teman barunya.

Buku Harian Alana [✔]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang