Part 70 - Apaan Lagi Ini?

437 32 1
                                    

Tekan bintang ⭐sebelum membaca

Happy reading

Hari ini Arin sudah diperbolehkan pulang setelah proses pemulihan di rumah sakit selama tiga hari. Alana beserta keluarga dan teman dekatnya sudah menyiapkan surprise kecil untuk menyambut kedatangan Arin. Bahkan, keluarga Dariel juga ada disana. Mengingat papa Dariel adalah sahabat Rudy.

Semuanya bersiap-siap menunggu intrupsi dari Devan yang mengintip di jendela rumah Alana. Setelah Devan mengode untuk bersiap, mereka langsung menjalankan tugas masing-masing.

Pintu utama terbuka, sontak semuanya berseru menyambut kedatangan Arin yang tengah duduk di kursi roda, di dorong Rudy. Aurel berada di belakang mereka tengah menggendong adiknya. Sedangkan Alana tidak ikut menjemput mamanya di rumah sakit, karena memilih ikut mempersiapkan kejutan ini.

Friska dari ruang tengah membawa kue menuju ruang tamu, dimana semua orang berkumpul. Arin tersenyum geli saat Friska mendekat, dan menyuruhnya untuk meniup lilin-lilin kecil yang menyala di atas kue.

"Udah kayak ulang tahun aja," ujar Arin seraya tertawa kecil.

"Tiup aja udah, pegel nih," keluh Friska.

Semuanya bersorak senang melihatnya. Aurel lalu berjalan ke ruang tengah. Menyelamatkan adik bayinya yang sedang tidur, dari kebisingan di ruang tamu. Melihat Aurel yang berjalan menjauh dari kerumunan, Rey mengikutinya. Kebetulan hari ini hari Minggu, jadi dia bisa ikut acara kejutan kecil ini.

"Adik kamu lucu, ya?" puji Rey seraya ikut duduk di sofa samping Aurel. Tak lupa tangannya mengelus pipi gembul bayi itu. Sangat lembut.

"Iya dong, lucu kayak aku," sahut Aurel cepat. Matanya berkedip-kedip lucu, yang membuatnya tampak imut. Namun Rey hanya membalasnya dengan kekehan kecil.

"Kayaknya enggak deh, lucuan dia. Eh kalau dilihat-lihat dia mirip Alana tau. Iya nggak, sih?" tanya Rey meminta persetujuan Aurel.

Raut wajah Aurel murung seketika. "Kenapa sih setiap orang bilangnya dia mirip Alana? Nggak ada satu pun yang bilang mirip sama aku," keluhnya.

"Nanti dia jadi cantik kalau mirip kamu," gombal Rey.

Aurel tertawa kecil mendengarnya. Lalu ia tersadar sesuatu dari perkataan Rey barusan. "Eh, berarti secara tidak langsung kamu bilang Alana ganteng dong? Kan dia mirip adik laki-lakiku," 

"Haha ... Ya nggak juga Rel, maksudnya sekilas aja mirip. Nggak semuanya,"

"Yaya ... Aku ngerti kok, cuma mau cairin suasana aja," elak Aurel. Rey mencubit pipi Aurel karena gemas. Bukannya suasana cair, malah menjadi garing. Dasar Aurel.

"Kamu mau coba gendong?" tanya Aurel pada Rey yang sibuk mengamati wajah bayi yang terlelap di bopongannya.

Rey menggeleng kecil, takut-takut. "Enggak ah, takut kalau jatuh,"

Maklum saja Rey tidak pernah menggendong bayi sebelumnya. Ia mempunyai satu adik laki-laki, tetapi jaraknya dengan dia hanya dua tahun. Itulah kenapa Rey tidak pernah menggendong bayi, mungkin kalau sekadar menyentuh ataupun mengelus pipi pernah.

Buku Harian Alana [✔]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang