Tekan bintang ⭐sebelum membaca
Happy reading
❇
Sesuai rencana, Hari Minggu ini diisi Alana dan Devan untuk mengikuti CFD. Sejujurnya Alana masih mengantuk karena tadi malam ia benar-benar kecapekan bermain dengan Davira.
Namun Devan datang ke rumah Alana, ingin sekali Alana menolak dan membatalkan janji mereka. Tetapi Alana tidak setega itu, ia mengerti Devan juga butuh perjuangan untuk bangun pagi.
"Udah siap?" tanya Devan saat melihat Alana menuruni tangga rumahnya.
Alana mengangguk sekilas dan mencari sepatunya, setelah ketemu ia berjalan melewati Devan untuk ke teras. Devan pun mengikuti langkah Alana.
Wajah mengantuk khas Alana membuat Devan tersenyum tipis. Meskipun begitu, Alana tetap cantik.
"Ayo dong, pake sepatu aja lama banget sih," omel Devan.
"Lo diem nggak! Pagi-pagi udah ceramah aja," sentak Alana.
Ingin rasanya Devan tertawa sekarang, namun ia tetap menahannya. Sungguh, sangat lucu sekali Alana menyentaknya dengan muka setengah hidup.
"Lo masih ngantuk?" tanya Devan meneliti wajah Alana. Memastikan sekali lagi gadis itu benar-benar mengantuk.
Alana diam.
"Kemarin aja ngingetin gue buat bangun pagi, lah sekarang lo yang ngantuk, gimana sih?"
"Ayo jalan!" perintah Alana mengabaikan celotehan Devan.
Ia berjalan menuju motor besar Devan dengan kedua tangan terangkat, mengikat rambutnya. Devan geleng kepala melihatnya. Aneh sekali, meskipun tanpa sisir Alana bisa mengucir rambutnya. Bahkan ia tidak peduli, kucir kudanya rapi atau tidak.
Alana berbalik, menatap Devan malas. "Lo mau jadi patung disitu?" sarkas Alana.
Devan sedikit gelagapan, ia melangkah besar mendekati motornya. "Iya iya, bawel deh,"
Tanpa Alana tahu, daritadi Devan mematung melihatnya mengucir rambut. Dimata Devan, Alana terlihat sangat cantik saat mengikat rambut. Bukan berarti setiap hari Alana jelek, ya... Cuma kalau lagi mengikat rambut cantiknya tambah.
Banyak orang yang mengikuti CFD pagi ini, ada yang berjalan kaki seperti Alana sekarang ataupun menaiki sepeda.
Alana berusaha memerbaiki suasana hatinya pagi ini dengan tetap tersenyum, walaupun kadang-kadang ia menguap lebar. Devan yang berjalan disamping Alana tetap mengajak ngobrol gadis itu, berusaha mengalihkan rasa kantuknya.
"Semalem ngapain aja sih, sampai kurang tidur gitu?" tanya Devan.
"Enggak papa, emang lagi capek aja badan gue," jelas Alana. Entahlah, Alana merasa belum siap untuk menceritakan tentangnya dan Dariel pada Devan. Meskipun Devan sepertinya sudah tahu kalau Dariel dan Alana sedang dalam masa pendekatan.
Sudah lumayan jauh mereka berdua berjalan kaki. Tenggorokan Devan rasanya kering sekali, karena dari tadi mengajak ngobrol Alana. Berharap mood gadis itu membaik, dan beruntungnya usaha Devan tidak sia-sia. Alana kini tampak lebih segar dan ceria daripada sebelumnya.
"Mau minum?" tawar Devan.
Alana mengangguk dan tersenyum lebar. "Boleh deh," balasnya.
"Yaudah, lo tunggu disini dulu. Gue beli minum disitu," ucap Devan sembari menunjuk dimana spot para pedagang berjualan.

KAMU SEDANG MEMBACA
Buku Harian Alana [✔]
Подростковая литератураCerita sudah tamat dan part masih lengkap. Yuk baca :) Jangan lupa follow juga ya :) #3 in penulisamatir 11 Juli 2019 #1 in dariel 31 Juli 2019 #9 in highschoolstory 19 November 2019 Alana Stephanie Indrawan, nama yang tertulis di akta kelahirannya...