Tekan bintang ⭐ sebelum membaca
Happy reading
❇
Devan dan Alana sedang duduk santai di taman komplek. Setelah mereka berdua tadi mencari jajanan kebab, sesuai permintaan Alana. Sekarang di tangan Alana sudah ada kebab, tak lupa juga masih ada kantong plastik berisi beberapa kebab lagi punya Alana. Devan yang melihat Alana asyik memakan kebab hanya geleng kepala. Tak mengerti jalan pikiran Alana yang sudah membeli kebab sebanyak ini. Lalu siapa nanti yang menghabiskan?
"Apa liat-liat?!" sentak Alana.
"Enggak kok, gue perhatiin itu di sudut bibir lo ada sausnya," tunjuk Devan pada sudut bibir kiri Alana. Gadis itu memang seperti anak kecil, makan saja masih belepotan.
"Mana sih, nggak ada," tutur Alana mengusap sudut bibir bagian kanan dengan telunjuknya.
"Gini aja nggak bisa," cibir Devan. Lalu ibu jari Devan mengusap pelan sudut bibir kiri Alana, untuk menghilangkan sausnya. Mata Alana spontan terfokus dengan wajah serius Devan, entah kenapa jantungnya sekarang berdegub semakin kencang.
Devan menarik tangannya menjauh dari wajah Alana, lalu ia menatap heran Alana yang malah bengong. "Heh, udah bengongnya. Itu kebabnya lanjut dimakan,"
"E-eh iya," gagap Alana.
Setelahnya hanya ada keheningan diantara mereka berdua, Alana juga tidak berbicara selama menghabiskan kebabnya. Mereka berdua ada ditempat yang sama, tetapi dengan pikirannya yang melayang sendiri-sendiri.
"Haus nggak?" tanya Devan seraya membereskan bekas bungkus kebabnya, memasukkan sampah itu ke kantong plastik.
Alana mengangguk singkat, tak lama Devan terlihat meninggalkan Alana di taman sendirian. Rupanya ia mencari minum untuknya dan Alana.
"Kenapa jadi canggung gini sih?" gerutu Alana. Tentu dia berani berbicara seperti ini, kan Devan tidak ada disini.
Gadis itu sibuk sendiri menghabiskan kebabnya, tidak menghiraukan suasana sekitar yang sangat sepi sunyi. Bahkan tidak takut saat matanya menjelajah ke bagian tempat yang memang agak minim penerangan.
Alana ikut membuang bungkus kebabnya ke kantong plastik Devan, matanya meneliti sekitar, berharap Devan segera kembali kesini.
Angin malam berhembus menerbangkan beberapa helai rambut Alana, dan membuat leher gadis itu meremang. Karena rambut Alana dicepol, membuat lehernya ikut tersapu angin malam. Gadis itu semakin mengeratkan cardigan yang dikenakannya, dengan rasa sedikit takut dan waswas.
"Oke Alana, nggak boleh takut. Devan pasti akan kesini lagi," ucap Alana menyemangati dan meyakinkan dirinya sendiri. Sekaligus menekan rasa takutnya yang tiba-tiba datang.
Alana bisa menghela napas lega saat melihat seorang lelaki dengan pakaian rumahan menenteng kantong plastik. Bisa dipastikan itu Devan.
Devan meletakkan dua kantong plastik di kursi taman, tepatnya di samping Alana. "Nih, minum dulu biar kebabnya nggak kesangkut ditenggorokan," gurau Devan.
Alana meneguk air mineral dengan semangatnya, setelah itu matanya menatap sinis Devan sembari tangannya menutup botol. "Lama banget sih," cibir Alana.
"Supermarketnya ramai, harus antre dulu dong," dalih Devan.
"Kenapa sih, kangen sama gue? Haduh Alana, belum satu jam gue tinggal aja udah kangen," celoteh Devan dengan nada menggoda Alana.
KAMU SEDANG MEMBACA
Buku Harian Alana [✔]
Teen FictionCerita sudah tamat dan part masih lengkap. Yuk baca :) Jangan lupa follow juga ya :) #3 in penulisamatir 11 Juli 2019 #1 in dariel 31 Juli 2019 #9 in highschoolstory 19 November 2019 Alana Stephanie Indrawan, nama yang tertulis di akta kelahirannya...