Part 8 - Papa Pulang

950 89 0
                                    

Tekan bintangsebelum membaca


Happy reading



Langkah kaki Alana mulai memelan ketika memasuki pintu utama rumahnya. Keadaan sepi seperti biasa, sampai akhirnya bau makanan kesukaannya menguar di udara. Alana bersemangat menuju ruang makan, ingin segera melahap makanannya.

"Hei Alana sudah pulang?" ucap lelaki paruh baya yang duduk di kursi makan. "Ayo makan bareng," ajaknya.

Dugaan Alana tadi benar. Papanya pulang dari luar kota setelah empat hari disana, Alana pikir mungkin mobil papanya dibawa temannya kesini. Namun ternyata salah, memang Rudy, papa tirinya sudah pulang ke rumah.

"Papa kamu bicara sama kamu, Alana!" tegur Arin melihat Alana masih mematung di tempatnya.

"Aku nggak lapar!" tandas Alana. Tanpa melihat kedua orang tuanya sekarang, Alana melangkah pergi menuju kamarnya. Lapar dan haus yang dia rasakan sudah hilang entah kemana, berganti rasa kesal membuncah didadanya.

Alana tidak tahu apakah Aurel memiliki rasa yang sama dengan dia atau tidak. Tetapi Alana berharap kakaknya juga merasakan apa yang dia rasakan sekarang, mungkin mereka berdua bisa saling curhat satu sama lain, saling menguatkan, dan saling meyakinkan kalau ini jalan terbaik yang diberikan Tuhan. Namun sepertinya itu hanya mimpi Alana, ya mimpi. Yang masih Alana harapkan akan terwujud suatu hari nanti.

Sementara suasana di ruang makan mendadak hening, setelah Alana pergi ke kamarnya. Arin tahu, suaminya sekarang tidak baik-baik saja.

Arin mendekat pada Rudy dan mengusap lengan suaminya itu. "Kamu harus kuat, mungkin Alana dan Aurel masih butuh waktu untuk menerima kamu dihidupnya," tuturnya memberi semangat untuk Rudy.

"Ya, mungkin mereka butuh sedikit waktu. Dan aku berharap bisa menjadi papa yang baik untuk mereka," Menatap Arin seraya tersenyum, meyakinkan istrinya kalau semuanya akan baik-baik saja.

Suara bantingan pintu menggelegar terdengar dari kamar Alana. Ia segera membersihkan badannya yang terasa lengket dan ingin cepat-cepat berbaring di kasurnya.

Wangi stroberi menyeruak memenuhi ruangan saat Alana melangkah keluar kamar mandi. Handuk pink melilit di kepalanya, menyerap air dari rambutnya yang basah. Alana merasa lebih baik dibandingkan tadi, dia melangkah menuju meja riasnya dan menatap dirinya dipantulan cermin.

Alana menggosokkan handuknya pada rambutnya yang kecokelatan. Dirasa sudah cukup, dia mengambil hair dryer dilaci mejanya. Suara dari hair dryer mengisi keheningan kamar Alana. Oh bukan, juga dengan suara pas-pasan Alana yang menyenandungkan lagu favoritnya sekarang.

Ketukan pintu membuat Alana berhenti dari kegiatannya sebentar. Di balik pintu terlihat bi Inem membawa senampan makanan dan itu makanan kesukaan Alana yang tadi belum sempat dia cicipi.

"Neng, ini dimakan dulu, ya. Nanti perutnya sakit," ucap bi Inem. Alana berdiri dan menerima nampan yang dibawa bi Inem. Kini rasa laparnya kembali saat indra pencuimannya menangkap aroma nasi padang beserta lauknya. Ya, Alana suka nasi padang.

Buku Harian Alana [✔]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang