Tekan bintang ⭐sebelum membaca
Happy reading
❇
Alana menatap pantulan dirinya dicermin kamar mandi mal, memerhatikan kerapian rambutnya sekali lagi. Saat ini model rambutnya berganti menjadi kucir kuda, sesuai permintaan Devan. Alana juga nyaman seperti ini daripada rambutnya digerai, karena memang sudah terbiasa.
Setelah selesai, dia keluar dan menyapu pandangannya berharap menemukan dimana Devan menunggunya. Laki-laki berhoodie hitam melambaikan tangannya ke arah Alana yang mencarinya, ditangannya terdapat dua cup es krim. Alana tersenyum dan berlari kecil menghampiri Devan yang berdiri disamping penjual es krim.
"Makasih, tau aja mood gue lagi jelek," ucap Alana mengambil satu es krim dari tangan Devan.
"Ya taulah, dari rumah aja udah cemberut gitu," ejek Devan. Dia mengajak Alana duduk dibangku yang tidak jauh dari tempatnya berdiri.
"Gara-gara lo jemputnya kelamaan." jawab Alana. "Cowok kok dandannya lama banget,"
Senyum tipis tersungging dibibir Devan, melihat Alana merajuk seakan hiburan kecil baginya. Tanpa menjawab lagi ucapan Alana, dia fokus menghabiskan es krim di tangannya. Alana juga sudah tenang, tidak mengomel lagi seperti tadi.
Alana berdiri dan membuang tempat es krimnya di tong sampah. Dia kembali duduk disamping Devan dan membuka ponselnya. Takut mama atau kakaknya mencarinya, tapi nihil tidak ada pesan dari mereka. Melainkan hanya grup chat yang isinya tidak penting bagi Alana.
Perubahan raut wajah Alana disadari Devan. Dari tadi dia memerhatikan gadis disampingnya yang tiba-tiba murung. "Kenapa?" tanya Devan.
Alana segera memasukkan ponselnya di sling bag dan menatap Devan sepenuhnya. Tentunya dengan raut wajah yang berganti ceria.
"Nggak papa." jawab singkat Alana.
"Gue pernah baca di twitter, katanya kalau cewek ditanya kenapa terus jawabnya nggak papa, berarti ada sesuatu, iya kan?" ucap Devan.
Alana memukul pelan bahu Devan. "Apaan deh lo, gue emang nggak papa kok," elaknya.
Walaupun Alana tetap keras menyembunyikan sesuatu, Devan tau itu. Tapi dia hanya menjawab iya, supaya Alana tidak terlalu memikirkan kecurigaannya.
"Lo ngajak gue ke mal ngapain, sih?" tanya Alana.
Devan menggaruk tengkuknya yang tidak gatal. Sebenarnya dia tidak ada tujuan kesini, cuma ingin jalan-jalan bersama Alana.
"Ya nggak papa, itung-itung refreshing dari pada di rumah guling-guling di kasur seharian." balas Devan.
"Yaudah, lo mau ngapain sekarang?" tanya Devan. "Khusus malam ini, gue traktir deh,"
Mata Alana berbinar-binar seakan menemukan harta karun yang telah lama dicarinya. Alana berdiri dan menarik tangan Devan menuju lantai dua, tempat timezone.
Bibir Devan sedikit tertarik ke atas. Senyum tipis menghiasi wajahnya, tentu saja Alana tidak tahu karena dia sibuk menarik sebelah tangan Devan. Ini yang disukai Devan dari Alana, disaat cewek seusia Alana masuk mal, pasti yang dicari toko baju atau make up. Lain dengan Alana, dikasih es krim dan kartu timezone, dia sudah sangat senang. Bisa-bisa nggak mau pulang, saking asyiknya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Buku Harian Alana [✔]
Teen FictionCerita sudah tamat dan part masih lengkap. Yuk baca :) Jangan lupa follow juga ya :) #3 in penulisamatir 11 Juli 2019 #1 in dariel 31 Juli 2019 #9 in highschoolstory 19 November 2019 Alana Stephanie Indrawan, nama yang tertulis di akta kelahirannya...