Part 79 - Last Day

412 37 2
                                    

Tekan bintangsebelum membaca

Happy reading


Hamparan pasir putih dan birunya lautan menjadi pemandangan Alana siang hari ini. Sengaja gadis itu bermain ayunan di bawah pohon rindang, menikmati hari terakhirnya liburan di pulau ini.

Terik matahari membuat mereka menghentikan acara main di pantai. Mereka memilih berkumpul di sebuah pondok, menikmati kelapa muda. Segar sekali. Lain dengan Alana yang masih asyik sendiri dengan ayunan dan ponsel ditangan.

Dariel mengambil satu kelapa dan dibawanya untuk Alana. Aurel, Karina dan Hilmi saling berpandangan dengan tatapan menggodanya. Sepertinya liburan kali ini dimanfaatkan Alana dan Dariel sebaik mungkin.

Terbukti sekarang, Dariel tengah berdiri dibelakang Alana dengan memegang satu buah kelapa. Tak hanya itu, sebelah tangannya juga mendorong badan Alana pelan, supaya ayunannya jalan. Hm, diam-diam Dariel bucin juga ya.

Mata Alana memejam, menikmati tamparan lembut angin yang berhempus mengenai wajahnya. Senyumnya merekah, ia menengok ke belakang dan menemukan Dariel yang menatapnya. Alana meminta Dariel untuk lebih kuat lagi mendorong, entahlah gadis itu hanya ingin terbang lebih tinggi lagi dengan ayunan itu.

Teriakan kebahagiaan mulai memekakkan setiap telinga yang mendengarnya, Alana hanya ingin menunjukkan pada dunia bahwa sekarang ia tengah bahagia.

"Alana, berisik ih jangan teriak lagi," protes Dariel.

Bukannya apa, Dariel berani berkata seperti itu karena ia di kode kak Aurel untuk menegur Alana. Bahagia boleh, kalau berlebihan jangan.

"Kenapa? Nggak boleh? Gue kan cuma mengekspresikan kesenangan gue," bantah Alana sedikit nyolot. Meskipun Alana sedang tidak menatapnya, kata-kata Alana sangat mengena bagi Dariel.

Tangan Dariel tetap mendorong badan Alana, gerakan otomatis saja. "Bukannya nggak boleh, tapi ini bukan daerah kita, Al. Lo nggak takut kalau penghuni disini keganggu?" kilahnya berusaha mencari alasan yang tepat. Dariel kira ini sudah paling tepat.

"Jangan bahas gituan ah, gue nggak suka."

Benar dugaan Dariel. Mengetahui Alana seorang yang penakut, Dariel tak perlu susah-susah menghentikan aksi Alana teriak-teriak.

"Gitu dong, jangan teriak lagi, ya. Kita nikmati aja dalam diam," ucap Dariel. Ia melihat Alana mengangguk mengerti, lanjutlah tugasnya mendorong ayunan sesekali memberi Alana minum.

Aurel mendekat, ia menyuruh Dariel untuk menyingkir sebentar. Karina dan Hilmi berdiri saja di samping Aurel, melihat apa yang akan dilakukannya. Alana masih asyik bercerita pada Dariel, seolah tak menyadari kehadiran kakak dan sahabatnya.

Ayunan tiba-tiba didorong kuat sekali, Alana sampai kaget dan spontan memekik keras. Jeritannya kian kencang saat menoleh dan menemukan kakaknya yang tertawa bahagia.

Alana kesal, baru saja ingin menghentikan ayunan dengan kakinya yang menyentuh pasir, tapi lain harapan lain kejadian. Malangnya telapak kaki Alana terlalu bertumpu pada satu titik, sedangkan ayunan terlanjur di dorong kembali, jadilah sekarang Alana jatuh tersundul ayunan itu.

"Aduhh..!! Sakitt!" pekik Alana, antara rasa kaget dan sakit jadi satu. Terselip juga rasa malu, karena posisi jatuhnya yang sangat tidak elit. Apalagi didepan Dariel.

Tawa Aurel masih tersisa, ia ingin menghampiri Alana namun sudah keduluan dengan Dariel. Seolah mengerti situasi, sekaligus menghindari amukan Alana ia segera kabur menuju villa yang tak jauh dari sana. Karina, Hilmi dan Rey menyusul Aurel setelah mendapat sedikit semprotan dari Alana.

Buku Harian Alana [✔]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang