Tekan bintang ⭐ sebelum membaca
Happy reading
❇
Alana meremas jari-jarinya gugup, setengah jam lagi adalah pengumuman kelulusan. Setelah berbulan-bulan disibukkan dengan simulasi, try out, dan sejenisnya, inilah babak penentuan yang sebenarnya.
Alana takut. Takut hasilnya tidak memuaskan.
Jika itu terjadi, entah apa yang harus Alana katakan pada orang tuanya. Ia takut mengecewakan mama, terutama papanya yang bersusah payah membiayai les tambahannya.
Tubuh Alana menegang kala merasakan dingin sekaligus basah pada pipinya. Sedangkan Dariel dengan senyum tak berdosanya, duduk di kursi panjang koridor tepat disamping Alana. Ternyata ia membawakan sebotol air dingin untuk Alana.
"Nggak usah dipikirin, pasti lulus kok," cetus Dariel, santai. Tangannya menyodorkan air minum yang disambut Alana dengan senang hati.
Alana meneguk sedikit air itu, rasa dingin yang melewati tenggorokan sedikit mengurangi kegugupannya. "Gue takut kalau nilai gue nggak memuaskan,"
"Padahal gue udah berusaha, nanti kalau nilai gue tetep jelek, pasti mama papa kecewa sama gue," ucap Alana dengan nada pelan.
Dariel mendengarkan keluh kesah Alana. Ia tak tau juga bagaimana hasilnya nanti. Namun dia bisa meyakinkan Alana yang sedang patah semangat seperti sekarang ini.
"Lo jangan berpikiran negatif dulu, hasilnya aja belum keluar, kan?"
Alana mengangguk paham, pandangannya meneliti sekitar. Koridor lumayan ramai sekarang, namun sedari tadi Alana tidak mencium bau kehadiran dua sahabatnya. Kemana mereka?
"Cari Karina sama Hilmi?" terka Dariel.
"Iya, kemana ya? Dari tadi nggak kelihatan batang hidungnya," balas Alana, membenarkan terkaan Dariel.
"Gue tadi sekilas lihat mereka deh, di perpus. Itu pun kalau nggak salah lihat," tutur Dariel, agak ragu sebenarnya.
Dengan langkah besarnya Alana berjalan sendiri menuju perpustakaan. Setelah Dariel menberitahunya, Alana pamit pergi kesana. Bersama sahabat yang sekarang Alana butuhkan, bukannya dia tidak menganggap keberadaan Dariel. Tapi Alana butuh waktu bersama sahabatnya, sebelum detik-detik kelulusan terlewati begitu saja.
"Ngapain kalian berdua disini?" celetuk Alana dengan suara lumayan keras saat melihat dua sahabatnya benar ada disana, di perpustakaan.
Bu Anis, penjaga perpustakaan menatap Alana dengan sorot tajamnya. Membuat Alana menciut seketika, tersadar kesalahannya.
Merasa dikode Karina untuk mendekat, Alana melangkah santai. Dia berdiri tepat disamping kedua sahabatnya, dengan Bu Anis yang tetap duduk di tempatnya.
"Kalian ngapain disini? Dari tadi gue cariin tau," bisik Alana pelan.
Bu Anis berdeham, membungkam mulut Alana. Pertanyaan itu melayang di udara tanpa ada jawaban sebagai timbal balik.
"Kalian sudah ibu maafkan, berhubung sekarang hari terakhir kalian sekolah disini. Jadi sambil menanti detik-detik perpisahan, lebih baik kalian bersenang-senang sekarang," ujar Bu Anis.
KAMU SEDANG MEMBACA
Buku Harian Alana [✔]
Teen FictionCerita sudah tamat dan part masih lengkap. Yuk baca :) Jangan lupa follow juga ya :) #3 in penulisamatir 11 Juli 2019 #1 in dariel 31 Juli 2019 #9 in highschoolstory 19 November 2019 Alana Stephanie Indrawan, nama yang tertulis di akta kelahirannya...