Part 61 - Cerita Tirta

491 44 0
                                    

Tekan bintangsebelum membaca

Happy reading


Sekarang Alana tengah duduk santai di teras rumah ayahnya menikmati suasana malam di kota Malang. Di temani cokelat panas dengan ponsel ditangannya, lengkap sudah acara mager-mageran Alana. Rumah Tirta tidak sebesar rumahnya di Jakarta, namun belum genap 24 jam disini, Alana sudah merasa nyaman dan kerasan.

"Sendirian aja, kak Aurel kemana?" tanya Tirta mengalihkan perhatian Alana dari ponselnya.

"Kak Aurel dikamar, nggak tau lagi ngapain," sahut Alana menggeser duduknya. Memberi ruang untuk Tirta supaya ikut duduk disampingnya.

Tirta tersenyum dan duduk di sebelah Alana. Banyak sekali cerita yang ia lewatkan tentang perkembangan Alana, dulu terkahir kali dia melihat Alana masih kecil dan belum mengerti apa yang terjadi dengan keluarganya. Kira-kira Alana kelas lima. Sekarang putrinya itu menjelma menjadi gadis cantik dan murah senyum. Tentu Tirta sangat bahagia dipertemukan dengan putrinya itu.

Tirta bercerita tentang kehidupan sehari-harinya di kota Malang ini, Alana juga bercerita banyak hal tentang Jakarta. Malam itu mereka berdua mencurahkan rasa rindu mereka dengan cerita masing-masing, tak lupa ditambah canda tawa khas mereka menghangatkan malam.

"Ayah," panggil Alana setelah menghentikan tawanya berkat candaan ayahnya.

Tawa Tirta juga berhenti, dia menatap Alana dengan serius. "Ada apa, Alana? Mau cerita?"

Alana menggeleng menanggapi. "Enggak, harusnya ayah yang cerita," balas Alana.

"Yaudah, maunya cerita apa?" tanya Tirta.

Alana terlihat menghela napas pelan, sangat berat untuk sekadar mengucap kata. Tapi ia harus mengatakannya sekarang. "Kenapa dulu ayah pergi?" tanya Alana.

Pertanyaan Alana seperti menampar Tirta. Kini ia terlihat seperti seorang ayah yang tidak bertanggungjawab pada keluarganya, setidaknya di mata Alana. Pertanyaan itu benar-benar melukai Tirta, tapi lebih terluka lagi Alana yang tidak tahu mengapa Tirta pergi meninggalkan Jakarta.

"Dulu waktu SMP, Alana sama kak Aurel pernah mengunjungi rumah lama kita dulu tanpa sepengetahuan mama. Tapi disana nggak ada ayah, rumah itu udah ditempati orang lain. Kenapa ayah pergi? Ayah marah sama Alana?" tanya Alana.

Dulu Alana adalah putri kecil kesayangan ayahnya, tetapi Alana dipaksa untuk ikut Arin setelah mereka berdua resmi cerai. Dan Alana sama sekali tidak pernah berpikir bahwa Tirta akan benar-benar meninggalkannya di Jakarta.

Tirta mengela napas berat, dulu ia yakin suatu saat ia akan mendapat pertanyaan seperti ini dari anaknya. Dan Tirta mengerti, inilah waktu yang dipikirkannya dulu.

"Waktu itu kamu masih kecil, Alana. Belum mengerti apa-apa, belum mengerti apa yang terjadi sebenarnya di keluarga kita." ucap Tirta. Alana sepenuhnya mendengarkan cerita ayahnya, ia ingin tahu apa alasan ayahnya meninggalkannya dulu.

"Ayah dulu karyawan disebuah perusahaan, hidup kita terpenuhi walaupun gaji ayah pas-pasan tapi itu lebih dari cukup bagi mama kamu. Sampai suatu hari papa dipecat dari perusahaan, gara-gara melakukan suatu kesalahan, dan hidup kita berubah drastis sejak itu. Mama kamu sering marah-marah semenjak itu, sampai puncaknya dia mencetuskan kata 'cerai' untuk mengakhiri penderitaannya dari ayah. Kamu sama Aurel dibawa pergi keluar rumah dan berusaha menjauhkan dari jangkauan ayah, dulu kamu nangis nggak mau ikut mama tapi mama kamu keras kepala dan memaksa kamu ikut dia," jelas Tirta. Mata Alana sudah berkaca-kaca, tidak tega rasanya melihat ayahnya terluka menceritakan masa lalu itu. Tapi apa daya Alana juga penasaran cerita selanjutnya.

Buku Harian Alana [✔]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang