Part 55 - Nggak Jadi

384 35 0
                                    

Tekan bintangsebelum membaca

Happy reading

Alana menuruni tangga rumah Dariel dengan keadaan yang lebih segar daripada tadi. Sebenarnya Devi sudah meminta Alana untuk memakai pakaian milik Delisa, namun gadis itu menolaknya dan memilih memakai kembali seragamnya.

Hari sudah petang, tak lama lagi adzan maghrib berkumandang. Alana ikut membantu Devi menyiapkan makan malam mereka. Karena di rumah Dariel selesai salat maghrib mereka langsung makan malam.

"Om David belum pulang tante?" tanya Alana berbasa-basi sedikit.

"Belum, mungkin agak larut malam soalnya lembur banyak kerjaan," sahut Devi.

Alana hanya mengangguk saja, karena papanya juga kadang lembur sampai malam bahkan sering keluar kota. Jadinya dia maklum kalau papa Dariel juga begitu.

Adzan maghrib berkumandang, Devi serta Alana menghentikan aktivitasnya.

"Alana, kamu salat?" tanya Devi, kan tidak tahu Alana sedang datang bulan atau tidak.

"Iya, tante," jawab Alana.

"Yuk bareng," ajak Devi. Alana tersenyum dan mengangguk, setelah itu dia membuntuti Devi menuju ruang salat rumah ini.

Sesudah ambil wudu, Alana memakai mukena yang sudah disediakan di ruang salat. Devi masih mengurusi Davira yang memang ingin ikut salat bersama mereka. Dariel terlihat memakai peci dan meluruskan sajadahnya. Alana yang pertama kalinya melihat Dariel memakai peci pun tersipu, sungguh ketampanan Dariel seperti berlipat ganda. Gadis itu menundukkan kepalanya dalam-dalam, sekaligus menyembunyikan pipinya yang mulai memerah dan terasa panas.

Jadi mereka salat berjamaah dengan Dariel sebagai imamnya, karena dia satu-satunya lelaki disini.

Selesai salat Alana melipat kembali mukenanya, juga mukena kecil Davira. Devi terlihat masih berdoa, Alana yang paham keadaan pun mengajak Davira keluar. Takutnya mengganggu Devi.

Disinilah sekarang, Alana dan Davira menonton televisi acara kartun kesukaan mereka, tidak yang besar tidak yang kecil suka nonton upin ipin. Dariel tiba-tiba datang dan duduk di sofa tepat sebelah Alana, karena memang Davira sedang dipangku Alana.

Sesekali Alana melirik Dariel yang sedang merapikan rambut basahnya terkena wudu tadi. Jantung Alana berdegub tak karuan, ia pun memalingkan mukanya merasa malu sendiri. Entah karena apa. Alana kalau sedang salah tingkah sedikit aneh memang.

"Kenapa?" tanya Dariel. Ternyata sejak tadi Dariel diam-diam memperhatikan setiap gerak gerik Alana. Tanpa diketahui gadis itu.

"Apanya?" tanya balik Alana dengan mengerutkan keningnya. Sungguh bagus sekali aktingnya, ia berlagak seperti tidak ada apa-apa sekarang.

Dariel terkekeh pelan, yang menyebabkan Alana semakin mengerutkan alisnya bingung.

"Pipi lo merah. Kenapa?"

Sontak Alana menutup kedua pipinya, terbongkar sudah aktingnya tadi. Dariel semakin gencar saja menggoda Alana.

"Dih, mukanya juga merah. Kenapa tuh?" goda Dariel.

Buku Harian Alana [✔]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang