"cerita kita berawal dari peristiwa ini, peristiwa kehilangan yang sama-sama kita rasakan."
Tatanan rapi gundukan tanah itu terlihat jelas dimata gadis berumur empat tahun yang memakai baju serba putih, wangi bunga-bunga yang baru saja disebar di atas gundukan tanah baru itu tercium di hidung mancungnya.
Dilihatnya beberapa orang yang meneteskan air mata sama sepertinya, sesekali dia memeluk seorang wanita cantik yang terus mengelus lembut rambutnya, berusaha memenangkannya meskipun perasaan dia pun sakit dan bingung.
Gadis itu menghapus air matanya, berusaha agar bisa melihat jelas orang-orang yang mulai berlalu lalang meninggalkan pemakaman ini setelah berpamitan pada wanita cantik disampingnya.
"Aileen pulang sama Tante yaa," ucap Vanka, pada gadis kecil tadi, keponakannya, Aileen Zamira namanya.
Aileen menoleh. "Tapi kalo Aileen pulang, Papa sama Mama ikut kan?" ucapnya begitu polos, berhasil menusuk hati Vanka hingga terasa nyeri.
Vanka menghapus air matanya yang jatuh lagi, dia menunduk, mensejajarkan diri dengan Aileen.
"Papa sama Mama udah ada di surga Aileen, mereka udah bahagia berdua disana, mereka nggak bisa ikut kita lagi, Aileen sama Tante sekarang, kita pulang yaa sayang," jelas Vanka dengan hati-hati lalu memeluk Aileen.
Aileen hanya menganggukkan kepala, Vanka melepas pelukannya lalu kembali berdiri tegak, diraihnya tangan Aileen untuk digenggam.
Kemudian perlahan Vanka mulai mengajak Aileen untuk melangkah.
Aileen menoleh memandang sekali lagi pusara Papa dan Mamanya, lalu melambaikan tangan seraya tersenyum dan berkata, "Aileen pulang dulu Papa, Mama. Aileen sayang kalian."
Dan setelah itu, Aileen benar-benar melangkah pergi, meninggalakan pusara kedua orang tuanya, merelakan keduanya pergi dahulu menemui Tuhan Yang Maha Esa.
Vanka mengetuk pintu mobil setelah sampai di pelataran parkir. Suaminya, Ziro, seorang blasteran Jerman Indonesia membuka kaca mobil. "Why are you so long, saya sampai bosan menunggu disini." Ucapnya dengan wajah yang memang terlihat sangat bosan. Ziro memang ada sedaritadi, tapi dia lebih memilih duduk di dalam mobil ini daripada harus berpanas-panasan hanya untuk menghadiri pemakanan kedua orang yang tidak pernah disukainya.
Vanka membenarkan posisi rambutnya. "Maaf mas lama, yang penting sekarang udah selesai kan."
"Okey come on, kita pulang."
Sebelum Vanka melangkah, seseorang menepuk bahunya. Vanka menoleh lalu menemui seorang wanita yang sembab kantung matanya.
Vanka terkejut, ada apa dengan wanita yang dikenalnya ini.
"Kak Leta, mashaallah Kakak kenapa?" ucap Vanka lalu memeluk Leta.
Leta memeluk erat tubuh Vanka, menangis di dalam sana. Membiarkan rasa hatinya yang hancur luruh disana.
"Vanka, Mas Zain—Suamiku, dia juga ada pada saat kecelakaan, suamiku juga ninggalin aku Van, dia udah nggak ada," ucap Leta. Berhasil membuat sebuah luka lainnya di hati Vanka.
"Innalillahi wainailaihi rojiun, Astagfirullah, Kak Leta maaf aku sama sekali nggak tau soal ini. Pas aku kerumah sakit yang ada cuma jenazah Kak Zanna sama Mas Izzan. Maaf Kak astagfirullah aku nggak tau soal ini."
Leta menganggukkan kepala, dia melepas pelukannya. "Nggak kenapa-napa Vanka. Memang jenazah Mas Zain ada di rumah sakit yang beda. Aku juga udah ikhlas Van, mungkin ini adalah yang terbaik." Leta menghapus air matanya.
Vanka mengusap lengan Leta. "Kakak harus ikhlas, dan sabar. Mas Zain pasti ada di surganya Allah Kak."
Leta berusaha keras menyunggingkan senyuman manis di wajahnya. "Aamiin, terimakasih Vanka." Leta menoleh, melihat figur Aileen yang hanya diam memperhatikan mereka berdua dengan wajah polosnya.
Leta tersenyum lebar. "Ini—"
"Aileen Kak," sahut Vanka.
"Mashaallah," Leta membawa Aileen ke dalam pelukannya, dia meringis karena Aileen masih begitu kecil.
"Aileen cantik sekali, sama sepeti Zanna." ucap Leta seraya melepas pelukannya. Dia menatap Aileen lalu tersenyum.
Vanka ikut tersenyum seraya mengelus lembut kepala Aileen yang juga tersenyum.
Tak lama ada seorang anak laki-laki yang datang dari arah kanan, Leta yang menyadari kehadirannya langsung menoleh.
"Ah, sayang sini." ucap Leta, meminta anak laki-laki itu untuk mendekat. Tapi yang dilakukan anak laki-laki itu adalah menggeleng dan berlari.
"Sayang tunggu!" teriak Leta. Anak laki-laki tadi malah semakin berlari.
Leta menoleh. "Vanka maaf, saya harus kejar anak saya, Aileen Tante duluan yaa. Assalamualaikum." Ucapnya seraya mengusap lengan Vanka kemudian beranjak dari saja mengejar langkah anaknya.
Aileen mendongak menatap Vanka. "Tante tadi temennya Papa sama Mama ya?" tanya Aileen.
Vanka mengangguk.
"Sekarang kita pulang yaa," ucap Vanka, Aileen menganggukkan kepalanya. Mereka berdua masuk ke dalam mobil, dan langsung saja Vanka menerima ocehan dari suami barunya. Ziro yang keras kepala.
Hai! selamat malam, selamat siang, selamat pagi, selamat sore [bisa dibaca sesuai kapan kalian baca ini]
Alhamdulillah
"Cerita Kita"
akhirnya aku publish hari ini tanggal 26 Juli 2019
pada jam 19.00 wib.Harapan aku,
Semoga "Cerita Kita" bisa menjadi salah satu cerita yang kalian tunggu-tunggu updatenya,
Semoga "Cerita Kita" bisa menjadi salah satu cerita kesayangan kalian,
Semoga "Cerita Kita" bisa menjadi salah satu cerita yang melekat dihati kalian.Jadi selamat membaca, selamat mengikuti alur dari "Cerita Kita"
with food,
Salsa Alfani
yang masih baper gara-gara abis nonton film "Dua Garis Biru" 💙
KAMU SEDANG MEMBACA
Cerita Kita
Teen FictionMungkin cerita kita hanyalah salah satu dari banyaknya cerita tentang diam-diam menyayangi sahabat sendiri lebih dari seharusnya. Mungkin cerita kita hanyalah salah satu dari banyaknya cerita tentang patah hati. Mungkin cerita kita hanyalah salah...