cerita kita - bagian 07

18.3K 1.1K 24
                                    

"kamu hebat ya, bisa membuat lelah tidak terasa karena mengerjakan sesuatu berdua, bersamamu."

"Berangkat dulu Maa, assalamualaikum," pamit Darren lalu menyalimi Leta.

Aileen sudah berpamitan duluan dan sudah berdiri di samping vespa Darren.

"Pake helmnya," perintah Darren seraya memakai helm.

Aileen berdeham lalu memakai helmnya.

"Dadah Mama Letaaaa!"

"Daahh Aileen, hati-hati Nak!"

Aileen melambaikan tangan pada Leta, lalu Darren menjalankan vespanya ke sekolah.

Menyapa Pak Ono yang sedang senam di halaman rumahnya. Menelusuri jalan kompleks dengan canda tawa karena membicarakan kebiasaan Pak Ono yang aneh-aneh macamnya.

"Eh iya, semalem kenapa gue tiba-tiba ada di kamar? lo yang pindahin gue lagi ya?" tanya Aileen, Darren menganggukkan kepalanya. Aileen tersenyum karenanya.

Jika kalian ingin tahu, ini adalah salah satu alasan Aileen bisa sayang sama Darren. Darren bukan hanya menjaga Aileen, tapi Darren juga mengenalkan sosok seorang Ayah pada Aileen. Darren yang membuat Aileen bisa merasakan rasa bahagianya seorang anak yang dipindahkan ke kamar karena tertidur di sofa oleh Ayahnya, Darren yang membuat Aileen merasakan bahagianya seorang anak yang di bantu melakukan suatu pekerjaan oleh Ayahnya. Iya, Darren bukan hanya Darren, Aileen sayang.

"Kok diem?"

"Ah enggak. Makasih duren, gue nggak berat kan tapi?"

"Nggak berat darimana, baru gue mau nanya lo tujuh puluh kilo ya?"

Aileen spontan memukul lengan Darren. "Enak aja tujuh puluh, badan gue kaya model gini lo bilang tujuh puluh?!"

"Ya abisan berat,"

Aileen mengerucutkan bibirnya, dia menyandarkan dagunya di bahu Darren. "Emang gue beneran berat ya Ar? kaya tujuh puluh kilo gitu?"

Darren hampir kehilangan keseimbangan karena Aileen tiba-tiba menyandarkan dagu di bahunya.

Darren menelan ludah lalu berusaha tertawa.

"Ck malah ketawa!" Aileen mengangkat dagunya seraya membenarkan posisi helmnya. "Jawab dong Ar, kalo nggak kita nanti ke puskesmas dulu deh, temenin gue nimbang, kan timbangan Mama Leta rusak."

"Hahah apaansi njir lo gue boongin mau aja!"

"Ck Darren!"

"Ck Aileen!" Darren mengikuti gaya bicara Aileen, ingin membuat Aileen kesal padanya.

Dan benar saja, Darren masih mengikuti gaya bicara Aileen hingga sampai di gerbang sekolah.

"Pagi Pak Kuloooo," sapa Aileen dengan senyum lebar, Darren menekan klakson. Pak Kulo langsung berdiri dan memberi senyum hangat serta gerakan hormat. Aileen tersenyum lagi, Darren sudah tidak mengikuti gaya bicaranya.

"Semangat Pak!" ucap Darren, lalu membelokkan vespanya ke arah pelataran parkir.

Darren menghentikan vespanya. Aileen turun seraya melepas helm.

Darren memasang standar, lalu membuka helm juga.

"Nih," Aileen menyodorkan helm ke hadapan Darren. Darren menerimanya lalu diletakkan di box, sedangkan helm yang dipakainya diletakkan di kaca spion.

Lalu setelahnya mereka melangkah bersisian masuk ke dalam gedung sekolah.

Darren dan Aileen menyalimi guru piket, menyusuri koridor, menaiki tangga dan sampai di kelas mereka.

Cerita KitaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang