"bagaimana bisa saya mengikhlaskan kamu jika hati saya saja tidak mau?"
Bell pulang sekolah sudah berbunyi, sebagian siswa keluar dari kelas masing-masing, sebagian lagi tinggal di dalam kelas karena piket.
"Ar gue lupa, Nara katanya mau ngomong sesuatu sama gue. Lo balik duluan aja deh, nanti gue naik ojek," ucap Aileen seraya melangkah menuruni tangga bersama Darren.
"Yaudah, gue tungguin aja sambil main basket," sahut Darren.
"Eh nggak usah takut lama,"
"Bodoamat, udah sana. Dadah! gue tunggu dilapangan!" ucap Darren, mengusap kepala Aileen lalu melangkah pergi.
Aileen hanya tersenyum tipis.
"Hai Aileen!" tiba-tiba panggil seseorang. Aileen menoleh, Nara ternyata.
"Eh hai Ra, mau ngomong dimana?"
"Mmm... di ruang teater aja yuk, biar sepi. Soalnya gue mau cuma lo yang tau soal ini."
Aileen mengangguk pelan. "Okey, ayuk."
Nara tersenyum lalu mengandeng tangan Aileen menuju ruang teater.
Mereka menuruni tangga lalu duduk disalah satu kursi penonton.
Aileen membuka tasnya lalu menyelipkan rambutnya ke belakang telinga. "Mau ngomong apa sih Ra?"
Nara menggaruk kepalanya. "Mmm... sebelum gue ngomong, gue percaya ya Ai sama lo, jadi jangan bilang siapa-siapa."
Aileen mengernyit. "I-iyaa lo bisa percaya gue tenang aja. Jadi apa?"
Nara membuang nafasnya. "Jadi gu-gue itu su—suka sama Darren hehe. Gue jatuh cinta sama Darren semenjak pertama kali ketemu waktu dia nolongin gue yang kekunci di kamar mandi Ai."
Aileen terdiam, hatinya serasa ada yang mencubit. Dia harus apa? seseorang kini telah jatuh cinta pada Darren yang disayangnya.
"Ai gue cerita ke lo dan berani jujur ke lo itu karena lo adalah sahabat yang bener-bener deket banget sama Darren. Gue nggak tau Ai kalo bukan cerita ke lo harus ke siapa lagi,"
Nara menatap ke kursi penonton. "Gue tau mungkin masih singkat banget waktu gue kenal sama Darren, tapi nggak tau kenapa Ai, hati gue yakin banget kalo Darren itu orang yang pantes buat disayang."
Aileen menelan saliva, Nara benar. Darren memang pantas untuk disayang.
"Terus lo mau apa?" sahut Aileen, nada suaranya terlintas rasa sakit.
Nara menggenggam tangan Aileen, lalu menatap matanya.
"Ai please lo mau kan bantu gue untuk deket sama Darren, bantu gue untuk dapetin Darren."
Jantung Aileen seperti hilang tak terasa, hati Aileen seperti ditiup angin entah kemana. Aileen harus apa? sekarang bagaimana? semua harus bagaimana? tidak mungkin Aileen bisa membantu Nara, sedangkan hatinya sendiri juga ingin mendapatkan Darren lebih dari seorang sahabat. Tidak mungkin Aileen bisa membantu Nara untuk dekat dan mendapatkan Darren sedangkan Darren adalah seseorang yang amat disayangnya.
Mata Aileen berkaca, beruntung disini tidak terlalu terang, beruntung disini hanya terdapat cahaya dibagian panggung.
Aileen menutup matanya, dia menghembuskan nafas. Aileen tidak boleh memperlihatkan hatinya yang sesak. Aileen tidak boleh memperlihatkan kesedihannya.
"Ai lo kenapa?"
"Eng-enggak, gue nggak kenapa-napa kok."
Nara tersenyum lalu menaikan kedua alisnya. "Jadi gimana? lo mau bantu gue kan Ai?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Cerita Kita
Teen FictionMungkin cerita kita hanyalah salah satu dari banyaknya cerita tentang diam-diam menyayangi sahabat sendiri lebih dari seharusnya. Mungkin cerita kita hanyalah salah satu dari banyaknya cerita tentang patah hati. Mungkin cerita kita hanyalah salah...