"harusnya saya yang temani kamu pas di hukum, bukan dia."
"Hai!" sapa seseorang yang kini sedang tersenyum, dia menatap Aileen, matanya berbinar, walaupun terhalang kacamata Darren masih bisa melihatnya.
"Loh Adnan? Lo ngapain disini?" tanya Aileen. Darren membantunya yang ingin berdiri.
"Haha hai! aku anak baru disini," sahut Adnan, kening Aileen berkerut walaupun bibirnya tersenyum. Darren menaikan satu alisnya, kenapa Adnan harus pakai aku-aku gitu sih pas ngomong sama Aileen?
"Wow, berarti lo jadi temen seangkatan kita?" ucap Aileen lalu melirik Darren.
"Enggak. Aku jadi Kakak kelas kamu disini,"
"Oh yaampun lo kelas dua belas?!"
"Haha iyaa,"
"Berarti harusnya gue sama Darren panggil lo pake Kakak dong ya,"
"Dih ngapain?" sahut Darren menatap Adnan malas, Aileen memukul lengan Darren pelan.
"Hahah enggak-nggak, nggak usah pake Kakak segala, biar kita makin akrab," sahut Adnan, menatap Aileen.
"Yaudah Ai ayuk gue anterin ke kel—"
"Darren, ayuk cepat laksanakan hukuman kamu," ucap Bu Fitri yang tiba-tiba datang dari belakang Adnan.
Adnan menoleh, lalu tesenyum pada Bu Fitri yang mengusap bahunya.
Darren berdecak. "Sebentar Bu, mau anterin Aileen du—"
"Eh Ar, Aileen biar gue aja deh yang anterin ke kelas, gimana?" potong Adnan seraya melepas topi sekolah.
Darren dan Aileen langsung menatapnya, beberapa detik kemudian Aileen menoleh, menatap Darren. "Mmm... iyaa Ar, biar gue di anterin sama Adnan aja, biar lo nggak repot juga balik lagi ke sini."
Darren mendengar ucapan Aileen, tapi dia masih menatap Adnan.
"Ar?"
Darren menoleh. "Ha? eh i—iyaa, lo sama dia dulu. Maaf nggak bisa nganterin lo, doain ye gue nggak pingsan nih hormat bendera, panas bener." Ucapnya lalu beralih menatap Adnan.
"Anterin Aileen ke kelas, lantai dua. Jangan sampe jatuh, jangan sampe kenapa-napa, kalo sampe. Awas aja lo." ucap Darren pada Adnan.
Dia melepas lengan Aileen lalu berjalan mendekati Adnan. "Nggak usah megang, lo diri aja di sampingnya. Nggak usah modus dia itu say—sahabatnya gue." Darren menepuk bahu Adnan, lalu menatap Aileen. "Ai semangat belajarnya." Darren mengedipkan matanya, lalu berjalan menuju tiang bendera bersama Bu Fitri dibelakangnya.
"Ayuk Ai, bisa kan jalannya?" ucap Adnan lalu hanya berdiri didekat Aileen.
Aileen menatapnya, dia pikir Adnan akan membantunya dengan cara memegang lengannya.
"Aileen kenapa?"
"Ah, enggak. Yaudah ayuk,"
Aileen berjalan, Adnan tepat disampingnya, sesekali Aileen menoleh kesamping untuk melihat Darren tapi sayang tubuh Adnan menutupi, Darren jadi tidak kelihatan, padahal kalau Aileen bisa lihat, Darren juga tengah memperhatikannya, melihat setiap langkah yang Aileen lakukan bersama Adnan disampingnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Cerita Kita
Teen FictionMungkin cerita kita hanyalah salah satu dari banyaknya cerita tentang diam-diam menyayangi sahabat sendiri lebih dari seharusnya. Mungkin cerita kita hanyalah salah satu dari banyaknya cerita tentang patah hati. Mungkin cerita kita hanyalah salah...