cerita kita - bagian 06

19.8K 1.2K 31
                                    

"kalau saya bisa minta, saya ingin Bu guru selalu memberi tugas, agar saya bisa membantumu, sekaligus menghabiskan waktu malam bersamamu."

Suara para ban yang bertemu dengan aspal terdengar jelas dijalan raya ini, pagi ini Darren sedang fokus mengendarai vespanya, sedangkan dibelakang Aileen fokus mengunyah roti isi coklat yang tadi dibuatkan Darren untuk sarapan.

Lampu merah ditemui Darren, Darren langsung saja memelankan laju vespanya lalu berhenti pas didekat zebra cross untuk menyebrang. Darren melirik kaca spionnya, lalu tersenyum saat melihat Aileen yang sedang menelan roti. Dia senang Aileen mau memakan roti yang spesial dibuatkannya khusus untuk Aileen, Darren sampai rela tidak tidur lagi setelah solat subuh untuk membuatnya.

Lampu sudah berubah jadi hijau, Darren menghentikan aktivitasnya memperhatikan Aileen, kini dia kembali mengendarai vespanya hingga sampai disekolah.

"Ai turun," ucap Darren, Aileen memasukkan gigitan terakhir roti tadi lalu turun dari vespa Darren.

Darren membuka helmnya, begitupun Aileen.

Aileen menyodorkan helm ke hadapan Darren. "Makasih Darren rotinyaaaa." Ucap Aileen lalu tersenyum lebar.

Darren jadi ikut tersenyum sambil meraih helm. "Sama-sama Aileennnn."

Darren kemudian turun dari vespa, dia mencabut kuncinya, lalu merangkul Aileen dan berjalan bersama masuk ke dalam gedung sekolah.

Aileen sesekali melirik tangan Darren yang merangkul bahunya, Aileen suka kalau Darren merangkulnya begini, Aileen jadi merasa aman. 

"Wih pasangan yang nggak jadi-jadian udah dateng!" ucap Kiki salah satu teman tongkrongan Darren.

Aileen memutar bola matanya. "Pasangan dari hongkong!"

"Au nggak jelas lo jamal!" Darren.

"Abisan tiap dateng sekolah Darren ngerangkul lo Ai, terus kemana-mana juga lo berdua mulu, terus juga kalian kan tinggal sehome, masa nggak jadian si!" oceh Kiki.

Darren melepas rangkulannya, Aileen dan Darren saling lihat.

"Banyak cakap lo permen kaki udah lah, mau duduk," sahut Darren lalu berjalan menuju tempat duduknya, Aileen memberi senyuman tidak ikhlas pada Kiki, lalu menyusul Darren dan duduk dibangku sampingnya.

"Temen lo, nggak ada yang bener ya selain gue?" tanya Aileen seraya menaruh tasnya di atas meja.

"Emangnya lo temen gue?" sahut Darren, Aileen memukul bahunya.

"Gitu lo ya nggak mau ngakuin gue hah?!"

Darren memegang tangan Aileen yang tadi memukulnya. "Ya bukan gitu, lo mah bukan temen gue, lo lebih dari temen. Lo spesial, lo itu sahabat hidup gue." 

Aileen terdiam beberapa detik. Kata-kata Darren lagi-lagi berhasil masuk ke dalam hatinya. Dia senang Darren bilang begitu, tapi apakah dia memang akan selalu hanya jadi sahabat dihidup Darren? tidak bisakah lebih dari itu?

Aileen tersadar, dia harus terlihat biasa saja, oleh karena itu Aileen tersenyum lalu tangan kanannya mengacak-acak rambut Darren dengan lembut "Bisa aja duren ini kalo ngomong ya,"

"Ck kebiasaan lo ah udah rapi juga rambut gue,"

"Rambut lo berantakan juga tetep aja gue suka," sahut Aileen, Darren langsung menoleh. Aileen sadar kata-katanya salah jadi dia juga menoleh.

"Su—suka ngacak-ngacak rambut lo maksud gue," ucap Aileen lalu menggaruk tengkuknya, hampir saja.

Darren tersenyum miring, sepertinya memang sampai kapan juga Aileen tidak akan punya perasaan lebih dari seorang sahabat padanya.

Cerita KitaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang