"semoga saya benar-benar bisa menghapus perasaan ini, perasaan yang tak mungkin terbang tinggi."
Aileen menyelipkan rambutnya ke belakang telinga.
Sore ini, ditemani cuaca yang mendung, Aileen sudah bersama Adnan di sebuah cafe dekat sekolah, sudah ada dua gelas coffee hangat di atas meja, walaupun belum ada percakapan serius diantara mereka.
Aileen sampai merasa ada kecanggungan yang berlebih diantara mereka berdua, karena Adnan terus-menerus menatapnya.
"Gimana, udah merasa baikan dari kemarin malam?" ucap Adnan akhirnya.
Aileen mengangguk pelan. Dia membuang nafas. Yang harusnya berbicara disini adalah dia. Harusnya dia tidak hanya diam menunggu Adnan.
"Mmm... Nan," ucap Aileen.
Adnan menatap Aileen, seakan-akan menyuruh Aileen melanjutkan ucapannya dan Adnan akan mendengarkan.
Aileen terdiam beberapa detik.
"Sikap gue ke lo akhir-akhir ini, itu semua, gue—gue sama sekali nggak bermaksud untuk jadiin lo pelarian dari perasaan gue ke Darren." ucap Aileen, menatap mata Adnan.
Adnan hanya diam, membuat Aileen melanjutkan.
"Setelah gue tau Darren mulai mau buka hati untuk Nara, lo dateng, lo ada."
"Lo bikin gue berfikir kalo lo bisa bantu gue untuk lupain perasaan gue ke Darren, bikin gue berfikir kalo emang gue bisa ngelakuin itu."
Aileen terdiam sesaat. Matanya mulai berkaca-kaca.
"Tapi ternyata—setelah gue coba, gue masih tetep nggak bisa Nan. Darren masih selalu berdiri paling depan di hati gue, Darren masih jadi satu-satunya seseorang yang gue sayang sampai detik ini." air mata mulai turun dari mata Aileen.
Setelah diam beberapa saat Aileen meraih tangan Adnan "Nan, emang awalnya mungkin gue terdengar kaya jadiin lo pelarian, tapi gue jujur ke lo, setelah apa yang terjadi antara lo sama gue, gue bener-bener berniat untuk membuka hati untuk lo, gue bener-bener berniat untuk lupain perasaan gue ke Darren dan terbiasa sama lo. Gue—" Aileen menangis.
Adnan khawatir, benar-benar khawatir. Dia menangkup tangan Aileen lalu mengusapnya lembut "Shh Aileen, aku percaya. Aku percaya sama semua ucapan kamu. Aku juga nggak sedikit pun berfikir kalo kamu cuma jadiin aku pelarian dari perasaan kamu ke Darren, aku percaya kamu nggak perlu ngeyakinin aku." sahutnya.
Aileen menatapnya beberapa saat.
"A—aku emang suka sama kamu, makanya akhir-akhir ini aku berusaha untuk deketin kamu." lanjut Adnan. Tanpa berfikir panjang. Lagipula mungkin memang ini saatnya Aileen tahu yang sesungguhnya juga.
Aileen yang mendengar pernyataan Adnan kembali merasa bersalah. Benar ternyata adanya, Adnan menyukainya.
Adnan tersenyum "Tapi kamu nggak usah ngerasa bersalah. Aku seneng kamu udah jujur sama aku, itu yang paling penting, kejujuran jauh lebih baik walaupun sakit." ucapnya lalu mengusap tangan Aileen lagi "Ai, kalo kamu nggak bisa jangan dipaksa, sesuatu yang dipaksa, nggak akan pernah baik akhirnya. Jadi kalo kamu mau aku untuk nggak dekat-dekat lagi sama ka—"
KAMU SEDANG MEMBACA
Cerita Kita
Fiksi RemajaMungkin cerita kita hanyalah salah satu dari banyaknya cerita tentang diam-diam menyayangi sahabat sendiri lebih dari seharusnya. Mungkin cerita kita hanyalah salah satu dari banyaknya cerita tentang patah hati. Mungkin cerita kita hanyalah salah...