Sadar

3.8K 118 0
                                    

Jujur aku tidak suka melihat kedekatanmu dengannya. Tapi aku sadar siapa aku dihidupmu.

-Alerik-

Setelah hampir tiga puluh menit pingsan, akhirnya Lea sadar. Lea megerjapkan matanya. Gue dimana?. Batinnya. Lea yang merasakan tangannya berat langsung melihat apa penyebabnya. Dan betapa kagetnya Lea saat melihat seseorang yang tidur dengan menaruh kepalanya dipinggir ranjang UKS sambil menggenggam tangan Lea. "Erik, ngapain dia disini?" ucap Lea pelan pada dirinya sendiri. Erik yang merasakan ada pergerakan pun akhirnya terbangun.

"Le, lo udah sadar? Ada yang sakit nggak? Nih minum dulu" kata Erik dengan cemas, memang tadi petugas PMR membuatkan Lea teh hangat, mungkin sekarang sudah tidak terlalu hangat. Lea yang diberikan perhatian seperti itu oleh Erik pun menjadi bingung. "Gue gapapa. Gue mau ke kelas" ucap Lea seadanya. Setelah mengatakan itu Lea langsung bangun dan memakai sepatunya. Tetapi saat hendak memakai sepatunya, Erik lebih cepat mengambil sepatu Lea lalu memakaikannya. "Udah sini biar gue aja yang makein" kata Erik sambil memakaikan Lea sepatunya.

Lea yang diperlakukan romantis seperti itu hanya diam, ia masih terpaku dengan perlakuan Erik kepadanya. Gue ga boleh baper sama Erik. Batin Lea. Setelah selesai memakaikan sepatu milik Lea, Erik langsung menuntun Lea untuk turun dari ranjang UKS dan mengantarnya sampai ke kelas gadis itu. Lea pun hanya menurut saja, bahkan setelah sampai didepan kelas Lea masih melamun memikirkan kejadian tadi, sampai lamunannya terbuyarkan karena panggilan dari Erik.

"Le, Lea.." panggil Erik. Lea yang bingung pun langsung menjawab dengan refleks.
"Ehh i-iya kenapa? tanya Lea bingung dan gugup. Erik yang melihatnya hanya tersenyum. "Lo udah sampai dikelas. Gue pamit ya. Kalau lo pusing, ijin pulang aja" kata Erik dengan lembut. "Iya. Makasih" jawab Lea pelan. Erik hanya menjawabnya dengan senyuman manisnya lalu mengelus puncak kepala Lea dan berlalu pergi meninggalkan Lea yang masih mematung mendapatkan perlakuan yang manis dari Erik.

"LEAAAAAAA YA AMPUN LO GAPAPA KAN. GAK ANEMIA KAN?" teriak Rain dengan heboh. Lea yang mendengar teriakkan Rain pun langsung sadar dan memutar bola matanya. "Gue gapapa Rain. Hah apa kata lo tadi? Anemia? tanya Lea bingung.

"Iya anemia. Yang hilang ingatan gitu" jelas Rain dengan muka polosnya. Lea yang mengerti maksud sahabatnya itu hanya menggeleng gelengkan kepalanya. "Itu namanya Amnesia pinter" jawab Rain dengan gemas melihat wajah sok polos sahabatnya itu. Setelah itu Lea duduk ditempatnya dan menelungkupkan kepalanya dimeja.

"Eh Le, lo tau nggak kalau tadi tu yang gendong lo ke UKS di Erik" kata Rain dengan santainya. Lea yang mendengar penjelasan Rain itu langsung duduk dengan tegap. "Hah Erik? Erik siapa?" Tanya Lea untuk memastikan bahwa bukan Eriko yang Rain maksud. Dan ternyata pikirannya itu pun terjawab sudah. "Ya Eriko Dewa Mahantara lah. Emang ada berapa Erik di sekolah ini" jawab Rain dengan sebal karena temannya yang kelewat Pintar itu. Lea yang masih bergelut dengan pikirannya pun tidak menghiraukan ocehan Rain. Gue digendong sama Erik? Didepan anak anak? Batin Lea. Rain yang merasa tak dihiraukan oleh Lea pun langsung menaboknya. "Aww sakit Rain. Lo kenapa sih" sewot Lea sambil mengusap lengannya. "Lo sih ngacangin gue. Iya gue tau kalau kacang emang gurih, tapi kalau dikacangin itu perihhh" jelas Rain sambil curcol. Lea pun hanya memutar bola matanya malas.

"Ah gue tau mesti lo baru mikirin Erik ya. Lo bayangin gimana tadi digendongan Erik kan." Goda Rain ke Lea, dan sialnya saat itu juga pipi lea berubah warna menjadi merah seperti kepiting rebus yang membuat Rain makin gencar untuk menggodanya.

"Aih kenapa tu pipi neng? Merah amat." Goda rain dengan menoel noel pipi Lea. Yang digoda pun hanya memasang muka sebal.

Erik yang baru saja sampai kelasnya setelah mengantar Lea langsung disambut dengan berbagai pertanyaan dari para sahabatnya.
"Gimana rasanya gendong gebetan bro?" tanya Ryan jahil. "Udah sampe mana pdkt nya? " disambung lagi dengan pertanyaan dari Aldo. "Nggak lo tembak sekalian aja?" kata Dimas dengan muka datar lalu meninggalkan ketiga temannya yang menatap kepergiannya dengan tatapan bingung. "Kenapa tu si Dimas? PMS? tanya Erik bingung melihat kelakuan Dimas.

Sedangkan Aldo dan Ryan hanya mengangkat bahunya acuh. Dimas yang keluar kelas pun bingung ingin kemana. Dan sampai di taman belakang Dimas melihat seseorang sedang duduk dibangku. "Kok gue kayak nggak asing sama cewek itu ya?" Kata Dimas pada dirinya sendiri lalu berjalan mendekati gadis itu. "Hai, boleh gue duduk sini?" Kata dimas setelah sampai disamping gadis itu. Sedangkan yang ditanya kaget karena kedatangan Dimas yang tiba-tiba, ia pun hanya tersenyum dan mengangguk. Selama beberapa menit hanya keadaan hening yang menyelimuti mereka. Sampai Dimas memecahkan keadaan itu dengan memperkenalkan dirinya

"Hai gue Dimas" kata dimas singkat sambil mengangkat tangannya berniat untuk berjabat tangan. Gadis dihadapannya hanya bingung sambil menatap tangan Dimas, lalu setelah itu ia menjabat tangan Dimas. "Alea Renata Putri. Panggil aja Lea" jawab Lea sambil membalas jabatan tangan Dimas, tak bisa lama jabatan itu terlepas.
"Alea? Lo dari dulu sekolah disini? tanya Dimas. Lea yang ditanya pun menjawab, "Enggak, dulu gue tinggal dan sekolah dibandung. Gue pindah dan sekolah disini baru 2 Mingguan" jelas Lea.

Dimas yang mendengar penjelasan Lea pun menyatukan alisnya tanda ia bingung. Setelah lama berfikir akhirnya Dimas tersenyum lebar. " Lo alea renata? Renata? Tata?" tanya Dimas dengan senyum lebar. Lea yang mendengar pertanyaan Dimas pun bingung, bagaimana dia bisa mengetahui nama kecilnya dulu. Sedangkan yang tau nama kecilnya hanya keluarga Lea dan teman masa kecilnya dulu. Apa mungkin dia?

"Iya. Gue Tata. Kok lo bisa tau." tanya Lea bingung. "Gue Dimas Krishna temen kecil lo dulu." Jelas Dimas. Lea yang memperlihatkan wajah Dimas pun berfikir bahwa ia pernah melihatnya. "Dimas Krishna yang dulu cengeng banget, kucel itu? Tanya Lea setelah ingat bahwa orang didepannya ini adalah teman masa kecilnya dulu. Dimas yang melihat Lea sudah ingat kepada dirinya pun langsung mengangguk semangat. Akhirnya mereka berbincang-bincang diiringi dengan canda tawa. Dimas yang dapat melihat senyum diwajah Lea pun ikut tertular senyuman manisnya.

Dari dulu senyuman lo selalu jadi candu buat gue Le. Bahkan perasaan ini masih sama kayak dulu. Perasaan nyaman yang berubah menjadi sayang. Ini sudah bukan perasaan biasa seorang anak kecil, ini sudah menjadi perasaan sayang yang sebenarnya. Gue akan perjuangin lo, walaupun harus bersaing dengan sahabat gue sendiri. Batin Dimas sambil tersenyum melihat wanita yang ia cintai dari dulu sudah berada didekatnya dan tengah tersenyum karenanya.





ALERIK ( COMPLETED )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang