Ungkapan Rasa

2.1K 68 1
                                    

Ini perasaanku dan biarkan menjadi tanggung jawabku. Yang perlu kamu tau, aku selalu menyayangimu.

-Alerik-

Rain yang tiba tiba datang dari kamar mandi pun langsung memeluk Lea dan menangis di sana. Melihat kelakuan sahabatnya membuat Lea bingung.

"Hei Lo kenapa Rain? Baru aja tadi Lo larang gue buat nggak nangis, tp kenapa sekarang Lo nangis?" Tanya Lea. Rain pun langsung melepaskan pelukannya dan menatap Lea.

"Le, ternyata selama ini Aldo sayang sama gue. Tapi kenapa gue nggak bisa sadar akan hal itu." Isak Rain. Lea yang mendengar itu pun kaget. Bukan karena kabarnya, tetapi ia kaget darimana Rain bisa tau akan hal itu.

"Lo tau darimana Rain?" Mendengar pertanyaan Lea, akhirnya Rain cerita semua.

Tadi setelah dari kamar mandi Rain melihat Aldo berjalan terburu-buru dan ia memutuskan untuk mengikutinya. Setelah sampai dirooftop ia lebih memiliki menguping percakapan antara Aldo dan Erik. Dan betapa terkejutnya ia saat tau bahwa Aldo selama ini telah menyayanginya. Tak lama ia pun langsung pergi ke kelas dengan air mata yang menetes. Rain tak peduli menjadi pusat pandangan para siswa.

Mendengar cerita Rain membuat Lea bimbang, apakah ia akan menceritakan semuanya atau tidak.

"Rain, sebenarnya gue udah tau ini dari dulu." Ucap Lea pelan. Mendengar itu Rain sangatlah kaget. Bagaimana bisa sahabatnya itu menyimpan rahasia seperti ini.

"Kenapa Lo nggak bilang sama gue Le?." Sahut Rain sedikit emosi.

"Lo tenang biar gue ceritain semuanya." Kata Lea mencoba menenangkan Rain yang emosinya tidak terkontrol. Akhirnya Rain tenang dan Lea menceritakan semuanya tanpa ada tambahan atau pengurangan.

Setelah mendengar fakta dari Lea membuat Rain kembali menangis karena merasa bersalah.

"Hikss... Gue bodoh banget Le. Gue udah nyakitin perasaan Aldo." Isak Rain

"Lo gausah merasa bersalah. Gaada yang salah disini. Lo gatau tentang perasaan Aldo, dan Aldo lebih milih nyimpen perasaannya karena dia nggak mau Lo benci sama dia." Kata Lea lalu menarik Rain ke dalam pelukannya.

"Gue mau ngobrol sama Aldo." Kata Rain tiba tiba dan langsung pergi meninggalkan kelas. Melihat sahabatnya itu Lea tak mau ikut campur. Biarkan dia menyelesaikan perasaannya dulu.

Rain yang sudah mencari cari Aldo dari tadi pun akhirnya bertemu.

"Aldo" teriak Rain dan membuat yang punya nama menoleh.
Melihat siapa yang memanggilnya membuat Aldo tersenyum.

"Hai Rain. Kenapa? " Tanya Aldo lembut. Melihat senyum Aldo membuat Rain merasa bersalah

"Gue mau ngobrol sama Lo ditaman belakang nanti pulang sekolah." Ucap Rain dan setelah itu ia pergi meninggalkan Aldo dengan segala kebingungannya.

***

Akhirnya bel pulang sekolah pun berbunyi, Rain langsung buru buru keluar dari kelas dan menuju taman belakang. Sampai di sana ia melihat Aldo yang sudah menunggu.

"Sorry buat Lo nunggu." Ucap Rain tak enak dan langsung mendudukkan dirinya disebelah Aldo.

"Gapapa santai. Lo mau ngomong apa?" Bingung Aldo.

Rain menarik nafas panjang lalu memulai bicara.

"Sebelumnya gue mau ngucapin terimakasih sama Lo." Mulai  Rain

"Makasih kenapa Rain?"

"Makasih udah sayang sama gue." Lanjut rain pelan. Mendengar itu sempat membuat Aldo terkejut tetapi ia langsung menetralkan lagi raut wajahnya.

"Makasih Do, tetapi kenapa Lo siksa perasaan Lo sendiri. Tolong hapus perasaan Lo buat gue. Gue gamau nyakitin Lo lebih lama lagi. Lo terlalu baik Do." Ucap Rain dengan mata berkaca-kaca.

Mendengar itu membuat Aldo tersenyum kecil

"Sebelumya gue bingung Lo tau semua itu darimana, tapi yang pasti gue seneng kalau Lo udah tau. Gue nggak nuntut Lo harus jadi milik gue Rain, gue suka liat senyum Lo dan tolong jangan pernah minta gue buat hapus perasaan ini. Perasaan yang udah lama gue jaga. Biarin semua menjadi bagian dari gue. Dan Lo bahagia sama Ryan, sahabat gue. Kita bisa tetap menjadi sahabat Rain." Jelas Aldo lembut sambil menatap mata Rain.

Mendengar itu membuat Rain langsung meneteskan air matanya.

"Terimakasih dan Maaf Do. Gue pamit." Kata Rain dan langsung pergi dari sana.

Melihat kepergian Rain membuat Aldo tersenyum pedih. Gadis yang ia sayangi, ia jaga, kini telah tau tentang perasaannya. Aldo berharap semua tak akan ada yang berubah setelah hari ini.

***

Lea yang baru saja selesai Mandi langsung menuju meja belajar untuk mengerjakan Pekerjaan Rumahnya. Biasanya saat ia sedang belajar seperti ini Erik selalu mengirimkan pesan singkat yang mampu membuat Lea tersenyum, tetapi itu sudah dulu.

Selesai mengerjakan tugas dan belajar, lea memilih untuk menulis sesuatu di buku diary nya.

Dear Diary

Ini masih tentang dia
Dia yang dulu menjadi alasan ku untuk tersenyum
Dia yang dulu menjadi alasan ku semangat berangkat sekolah
Dia yang dulu memperlakukan ku seperti seorang puteri raja
Dia....
Dia yang dulu, sekarang, bahkan sampai kapanpun menjadi alasan kebahagiaan ku
Kini dia telah jauh dan tak terjangkau lagi Dia telah menemukan seseorang yang bisa lebih membahagiakannya
Aku berharap ia akan tau betapa aku menyayangi dirinya

Alea Renata.

Setelah menulis dibuku miliknya ia membacanya kembali, jujur ia rindu ketika Erik memanggilnya tuan Puteri. Akankah kisah cintanya ini akan berakhir dengan bahagia atau tidak? Akankah ia kembali bersatu dengan Erik? Lea tak tau jawabannya. Yang pasti ia berharap apapun yang akan terjadi, itu adalah pilihan yang terbaik untuk semuanya.

***

Pagi ini Lea datang lebih pagi, karena ia akan meminta kejelasan dengan Erik. Sudah cukup ia di abaikan.

Setelah lama menunggu diparkiran akhirnya Erik datang seorang diri tanpa Nata.

"Rik, aku mau ngomong sama kamu." Ucap Lea langsung setelah sampai di samping motor Erik.

"Ngomong apa? Cepetan" ketus Erik, melihat respon dari Erik membuat Lea sesak. Dimana Erik yang selalu tersenyum dulu, erik yang selalu lembut kepadanya.

"Woy cepetan. Jadi ngomong nggak?" Bentak Erik karena melihat Lea melamun.

Mendengar bentakan itu membuat Lea sadar.

"Nanti jam 7 temuin aku di taman komplek yang biasanya." Kata Lea dan langsung pergi meninggalkan Erik dengan air mata yang menetes.

Melihat punggung Lea yang menjauh membuat hati Erik sakit,  sungguh ia tak tega bila harus membentaknya seperti tadi. Tetapi ego-nya telah mengalahkan semua rasa sayang itu. Akhirnya Erik pergi menuju kelasnya.

Setelah pergi dari hadapan Erik, lea tak langsung ke kelas. Ia pergi ke taman belakang untuk memenangkan dirinya dahulu. Sampai disana Lea langsung menumpahkan air matanya.

"Kenapa Erik bentak aku. Mana Erik yang nggak pernah kasar. Kenapa dia berubah. Apakah bahagiaku hanya sampai disini? Tuhan aku sangat menyayanginya" isak Lea sambil menjatuhkan dirinya di tanah. Ia sudah tak peduli bagaimana penampilannya sekarang.

ALERIK ( COMPLETED )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang