Gue benci sama lo. Lo juga benci sama gue. Semoga aja gue sama lo tetap saling benci, tanpa ada rasa cinta di antara gue sama lo.
🎶❄
"Pagi anak-anak," sapa Pak Dedi.
"Pagi Pak,"
"Ada anak baru ya? Namanya siapa?" tanya Pak Dedi.
"Gafary Fauzino Albian. Biasa dipanggil Gafa, Pak," jawab Gafa.
"Ooo Gafa,"
"Baik... sekarang kumpulkan tugas proyek kalian. Kalau Gafa, Bapak beri kesempatan minggu depan,"
"Iya Pak," jawab Gafa.
Semua murid kelas 11 ipa 3 mengumpulkan tugas proyeknya. Kecuali Gafa dan Meysa.
"Meysa... kenapa kamu tidak mengumpulkan tugas?" tanya Pak Dedi penuh selidik.
"Mmm... ma...maaf Pak. Tugas Meysa rusak," jawab Meysa gugup.
"Kenapa bisa rusak?"
"Gara-gara dia Pak," jawab Meysa sambil menunjuk Gafa.
"Dia juga rusak handphone saya Pak," elak Gafa tak terima.
"Eh... lo juga salah!" celetuk Meysa.
"Lo juga!"
"Lo yang lebih salah!"
"Lo ju---"
"Udah-udah... kalian ini. Meysa, kamu sama seperti Gafa. Bapak kasih kamu waktu sampai minggu depan. Tapi, kamu harus dihukum!" ucap Pak Dedi.
"Tapi Pak..." kata Meysa seperti memohon.
"Hahaha... rasain lo cewek belagu," sahut Gafa.
"Gafa... kamu juga dihukum! Alasannya karena kamu ikut merusak tugasnya Meysa. Kalian berdua dihukum sampai jam istirahat!"
Sontak saja tawa Gafa terhenti. Tawanya terganti dengan wajah masam.
"Yang sabar Gaf," ucap Aldi dengan nada bercanda, yang dibalas dengan dengusan kesal dari Gafa.
Meysa dan Gafa kemudian keluar dari kelas menuju lapangan. Di tengah-tengah hukumannya, Meysa tak henti-hentinya mengoceh.
"Eh cowok songong. Gara-gara lo gue jadi dihukum tau nggak. Gue ini Ketua OSIS. Apa jadinya kalau Ketua OSIS dihukum hah! Dan ini kali pertama gue dihukum sepanjang sekolah gue! Dasar nyebelin!" ujar Meysa sambil menghadap depan tanpa menatap wajah tampan Gafa.
"Woy cewek miring. Lo bisa diem nggak sih? Lama-lama gue budeg gara-gara lo!"
"Biarin aja. Apa pedulinya gue,"
"Awas aja lo kalau sampai tau siapa gue,"
"Emangnya lo siapa hah? Lo cuma murid baru di sini," kata Meysa dengan nada meremehkan.
Gafa tak menjawab. Lagipula percuma saja dia menjawab, toh nggak ada gunanya. Pikirnya.
Beberapa menit telah berlalu. Kini, hening yang terjadi. Baik Meysa maupun Gafa, tidak ada yang membuka suara. Merasa ada yang aneh dengan Gafa, Meysa memutar kepalanya 90 derajat. Begitu pun dengan Gafa, Gafa melirik Meysa yang juga tengah menatapnya. Pandangan mereka kemudian saling beradu. Lumayan lama.
KAMU SEDANG MEMBACA
FATUM [Revisi]
Teen FictionKetika takdir mulai berbicara🍃 ❄ "Takdir dapat mengubah segalanya! Apakah segalanya dapat mengubah takdir?" ❄ "Gue mau lo tetap di sini. Jangan pergi. Karena gue benar-benar sayang sama lo," ❄ "Lo itu bukan teman gue. Bukan sahabat gue. Bukan pacar...