#46. SAKIT

544 23 2
                                    

Mungkin ini udah takdir.
🎋

Gafa segera di bawa ke ruang tengah. Tubuh lemasnya luruh begitu saja di atas sofa.

"Lo bego banget anj*r! Lo kok diem sih digituin!" cerca Aldi. Ia memang tak habis pikir dengan sahabatnya itu.

Gafa tersenyum, sedikit meringis, karena ada luka lebam di bagian wajahnya, akibat pukulan Meysa.

"Gu...gue ng...nggak papa," balas Gafa.

"Nggak papa pala lu!" celetuk Satria.

Gafa yang duduk di antara Aldi dan Satria pun lagi l-lagi tersenyum. Lelaki itu menggenggam tangan kedua sahabatnya itu.

"Eh ayam! Tangan lo kok dingin banget! Basah lagi! Lo keringetan anj*r!" Aldi kaget.

"Cumi! Lo keringetan! Padahal hawanya nggak panas loh!" kata Satria panik.

Gafa menggeleng pelan. "Ng...nggak papa."

"Ahhh! Gue ambilin kipas aja!" Aldi hendak beranjak dari duduknya, namun, tangannya tercekal erat oleh Gafa.

"Biar gue tiup aja!"

Satria segera mengambil aba-aba untuk meniup. Daaan wuuuuuufffffff.

Tangan Aldi yang bebas dari tangan Gafa pun dengan lancar menabok kepala Satria. "Napas lo bau anj*r!"

Begitupun dengan Satria, tangan Satria yang bebas dari tangan Gafa pun mengelus-elus kepalanya. "Biasa aja dugong! Jangan pake nabok!"

Sementara Gafa hanya tersenyum tipis. Sahabatnya itu memang gila.

"GUE BENCIIIIIII!" teriak Meysa.

Niken memeluk sahabatnya itu, sementara Zifa, ia hanya mengelus pelan pundak Meysa, mencoba menenangkan.

"Mey, udah Mey. Lo jangan kayak gini terus," ucap Niken.

"Iya Non. Non Meysa harus ikhlas," sahut Bi Imah.

"Gue benciiii hiks..." ujar Meysa, suaranya mulai terdengar lirih.

"Kak Meysa yang sabar ya," kata Zifa.

"Non Niken sama Non Zifa jaga Non Meysa dulu ya. Bibi mau ke bawah dulu,"

Zifa mengangguk. "Iya, Bi."

Bi Imah segera bergegas ke ruang tengah. Tidak lupa, ia mengambil kotak obat, untuk mengobati luka lebam Gafa.

"Bibi obatin dulu Den," ucap Bi Imah sambil duduk di depan Gafa.

"Ng...nggak usah Bi," balas Gafa.

Bi Imah tak menghiraukan ucapan Gafa. Ia malah sibuk memilih-milih obat yang akan ia gunakan.

"Duduk di sini aja Bi," kata Aldi. Lelaki itu menepis tangan Gafa sedikit kasar, itulah cara Aldi mengatasi kepala batu Gafa. Bertindak sedikit kasar. Aldi kemudian berpindah ke sofa yang satunya.

FATUM [Revisi]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang