#11. HARI KEEMPAT

161 13 0
                                    

Gue sebenarnya berharap, kalau gue sama lo bisa baikan.

Sekitar jam enam pagi, Meysa sudah siap dengan seragam sekolah lengkapnya. Ia berangkat pagi-pagi sekali hari ini, karena ada upacara bendera.

Di depan rumahnya, Meysa melihat mobil sport terparkir dengan seorang lelaki yang bersandar sambil memainkan handphone-nya. Lelaki tersebut adalah musuh besarnya a.k.a Gafa.

"Tumben pake mobil?" tanya Meysa ketika sudah mendekati Gafa.

"Tugas?"

"Ah iya, gue lupa. Bentar," Meysa kemudian kembali lagi ke dalam rumahnya.

Tidak lama kemudian, ia kembali dengan membawa tugasnya dan tugas Gafa.

"Jadi gue tau alasan lo baw---"

"Masukin tugas itu dan lo ikut masuk," potong Gafa cepat.

Meysa menuruti ucapan Gafa.

Di tengau perjalanan, Meysa senyum-senyum sendiri.

"Kenapa?" tanya Gafa heran.

"Kenapa apanya?"

"Lo senyum-senyum sendiri!"

"Biarin! Kenapa lo yang ngurus sih!"

"Gue nggak kurus!"

"Ish... gaje. Oh iya Gaf, gue mau bilang sesuatu,"

"Bilang aja. Yang penting jangan bilang kalau lo suka sama gue, karena gue nggak akan pernah suka sama lo!"

"Ish... lagian siapa juga sih yang suka sama lo. Gue cuman mau bilang kalau........"

"Kalau apa?"

"Cieee kepo...!"

"Pengen tau aja,"

"Itu kan sama  dengan kepo,"

"Nggak sama!"

"Sama!"

"Serah lo dah!"

"Sebenarnya gue mau bilang kalau gue nggak ngerasa jadi babu lo,"

"Maksudnya?"

"Iya. Gue nggak ngerasa kerepotan, padahal gue babu lo. Tapi malah sebaliknya, lo yang merasa kerepotan, udah anter jemput gue, traktirin gue, ajakin gue ke danau, kerjain tugas di rumah gue, bahkan nonton film horror!"

"Ooo jadi lo mau ditambahin tugas lo supaya lebih berat gitu?"

"Ish Gafa! Lo peka dikit kek!"

"Ha?"

"Maksud gue tuh gue mau ucapin terima kasih, bukan mau ditambahin tugas!"

"Ooo gitu. Sama-sama,"

"Gaf,"

"Hmmm,"

FATUM [Revisi]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang