#40. TAKDIR YANG SAMA

272 14 0
                                    

Mungkin Tuhan telah menakdirkan, kalau takdir gue sama lo akan sama.
😇

"Bang, tadi siapa yang nelpon?" tanya Zifa sambil berjalan ke arah ruang tengah.

Zifa terkejut bukan main, ketika ia melihat Gafa yang sudah terkulai lemas di lantai. Zifa segera mendekati Gafa, ia menepuk pelan pipi abangnya itu.

"Bang, bangun Bang! Banguuun!" ucap Zifa, air matanya jatuh tanpa dikomando.

"Bang Gafaaa banguuun, hiks..."

Tiba-tiba, Gafa membuka matanya perlahan. Rasa sesak dan sakit di dadanya, masih terasa. Keningnya berkerut dalam, ia mengangkat tangan lemasnya menyentuh tangan adiknya.

Zifa yang tersadar akan hal itu pun langsung memeluk Gafa erat.

"Fa, gue sesak," lirih Gafa.

Zifa melepas pelukannya dengan cepat. Zifa menghapus air matanya dengan kasar. Ia kemudian membantu Gafa bangun dan menuntunnya ke arah sofa.

"Gue ambilin minum dulu," ucap Zifa.

Baru saja Zifa hendak melangkah, Gafa langsung mencekal pergelangan tangan Zifa.

"Jangan," ucap Gafa lirih.

Zifa mencoba tersenyum simpul. Ia kemudian duduk di samping Gafa.

"Tadi kenapa lo pingsan? Terus, siapa yang nelpon?" tanya Zifa.

Wajah Gafa yang semula terlihat tenang, kini berubah sendu. Ia menatap langit-langit rumahnya, untuk menahan laju air matanya yang dapat jatuh dengan seketika.

Gafa menutup wajah sendunya dengan senyuman. Palsu.

Gafa tak langsung menjawab pertanyaan adiknya, melainkan memeluk Zifa dengan erat. Rasanya, ia tak sanggup menjelaskan semua itu. Terasa berat. Sangat berat.

Zifa mengernyit bingung. "Bang?"

Gafa menghembuskan nafas kasar. Ia menghapus air matanya yang entah sejak kapan turun membasahi wajah tampan lelaki itu.

Zifa melerai pelukannya. Keningnya berkerut dalam. Ia tak mengerti akan semua ini.

"Lo nangis?" tanya Zifa.

Gafa menggeleng.

"Terus, lo kenapa? Cerita dong?!" Zifa meninggikan nada suaranya.

Gafa tersenyum getir. Bagaimana pun kenyataan buruk yang harus ia terima, ia juga harus menceritakan hal itu pada Zifa, adiknya.

Di tempat lain, seorang gadis tengah merasa bosan dengan suasana rumah. Ia membuka aplikasi sosmed miliknya, tapi ia bosan. Ia menggulung tubuhnya dengan selimut, baru beberapa detik, Bi Imah memanggil Meysa.

"NON MEYSA....." panggil Bi Imah dari lantai bawah.

Meysa menyibak selimutnya kasar. Ia beranjak dari tempat tidurnya dengan malas.

"IYA BI, BENTAR," balas Meysa sedikit berteriak.

Meysa berjalan menuruni tangga dengan malas. Jujur, hari ini meysa terbilang mager.

"Ada apa Bi?" tanya Meysa sambil menghampiri Bi Imah.

"Ini Non, ada orang nelpon. Bibi nggak ngerti bahasanya," jawab Bi Imah dengan cengiran khas-nya.

Meysa terkekeh kecil, Bibi nya itu memang terkesan lucu menurutnya.

"Biar Meysa aja Bi,"

Bi Imah menyerahkan telpon itu ke Meysa.

"Hallo," ucap Meysa sambil menempelkan telpon itu ke telinganya.

"..."

"Yes, it's me? What wrong's?"

"...."

"What? Y...you se...serious?"

"..."

Telpon yang Meysa genggam itu pun terjatuh dari tangannya. Air mata gadis itu meluncur dengan deras. Berita macam apa ini? Berita buruk yang paling buruk dalam hidupnya!

Bi Imah menatap Meysa bingung. Ia seperti ingin menanyakan apa yang terjadi, namun Bi Imah urungkan.

Meysa langsung memeluk Bi Imah dengan erat. Ia menumpahkan segala kesedihannya di sana. Ia benar-benar tak menyangka akan mendapat takdir seperti ini. Takdir terburuk dalam hidupnya!






TBC.


HALLOOOOTEMAAAANTEMAAAANNNN🤗

KIRA-KIRA ADA KABAR APA YA?🤔

ADA YANG BISA NEBAK GA? HEHEHE😁

TUNGGU UPDATE SELANJUTNYA YAAAAA😊

OH IYA, AKU CUMA MAU BILANG... TERIMAKASIH BANYAK YANG UDAH POTE SAMA KOMEN HEHEHE😁❤🙏

AYLOPYU💙

SEEYOU💚

FATUM [Revisi]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang