#18. DILEMA

304 12 0
                                    

Gue bingung mau pilih mana. Lo atau dia. Tapi, gue nggak yakin kalau pilihan gue ini baik.
🍁

"Ketua Osis dan Kapten Basket. Cukup menarik kalau disandingkan,"

Deg.

Meysa mematung di tempat. Sementara Gafa, sudah berjalan menjauh.

"Gafa bisikin apa sih Mey?" Niken mulai penasaran.

"Ng...nggak ada," jawab Meysa sedikit gugup. "Kita tunggu di kantin aja yuk!" lanjutnya sambil menarik tangan Niken. Niatnya sih ingin mengalihkan pembicaraan dari topik yang seakan-akan membuatnya terbang.

Gafa, Aldi, Nathan, Meysa dan Niken sudah berada di kantin. Mereka berada di satu meja yang sama. Setelah pesanan datang, mereka makan dengan lahapnya.

"Uhuk...uhuk..." Gafa tersedak.

"Kalau makan tuh hati-hati giblig!" ujar Aldi yang kebetulan ada di samping Gafa sambil menepuk pelan tengkuk sahabatnya itu.

Meysa yang ada di hadapan Gafa segera bertindak. Meysa memberikan Gafa air minum.

"Nih Gaf... minum dulu,"

Gafa mengambilnya,

"Thanks ya Lia,"

Meysa membalas dengan senyuman manisnya.

Nathan yang ada di samping Meysa pun merasa di acuhkan.

"Gue permisi." Nathan beranjak dari duduknya.

"Nathan kenapa Mey?" tanya Niken.

"Nggak tau Ken," jawab Meysa sambil mengedikkan bahunya.

"Mungkin Nathan marah kali Mey," Aldi menimpali.

"Marah kenapa?" Gafa mulai penasaran.

"Mungkin karena lo Gaf," jawab Niken.

"Gue?" Gafa menunjuk dirinya sendiri.

"Mendingan lo susulin si Nathan Mey," Aldi memberi solusi.

"Hmmm... yaudah deh. Gue duluan ya," Meysa segera beranjak dari duduknya, mencari keberadaan Nathan.

Meysa mencari Nathan di kelasnya, tapi tidak ada. Ia mencari Nathan di taman, tapi tak ada. Meysa bahkan mencari Nathan di toilet, namun hasilnya nihil.

"Cari Nathan ya Mey?" tanya seorang siswi yang kebetulan berpapasan dengan Meysa.

"Eh...iya. Lo tau Nathan di mana?"

"Tadi gue liat di belakang perpus Mey,"

"Makasih yaaa," ucap Meysa dan segera menuju belakang perpus dengan berlari kecil.

Sesampainya di belakang perpus, Meysa menemukan Nathan yang tengah duduk di sebuah bangku panjang di sana. Tanpa pikir panjang, Meysa langsung duduk di samping Nathan. Nathan mebileh sebentar, lalu kembali menghadap depan dengan pandangan kosong.

FATUM [Revisi]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang