Dalam hidup memang ada pahit dan manis. Yang selalu mewarnai kehidupan. Bukan warna, tapi rasa.
🌳❄
"Bang, ada apa?" tanya Zifa, tatapan matanya menyorot ke arah Gafa dengan serius.
Gafa menggigit bibir bawahnya. Ia belum siap meneritakan hal buruk itu pada adiknya. Ia membalas tatapan serius dari Zifa dengan sorot yang menenangkan, namun tetap saja, ada kesedihan di manik mata lelaki itu.
"Bang, jelasin," ucap Zifa memelas.
Gafa mengangguk kecil. Kedua sudut bibirnya terangkat. Pandangannya mengabur, ia mendongak, menahan laju air matanya.
Zifa semakin bingung dengan Gafa. Sebenarnya apa yang terjadi?
Gafa kembali menatap Zifa. Gafa harus siap!
"Ayah sama bunda... hiks..." Gafa terisak, ia menangis. Ia menangis seperti anak kecil.
"Abang kenapa nangis? Ayah sama bunda kenapa?"
Gafa tak menjawab, ia malah menarik Zifa ke dalam pelukannya. Ia menangis sambil memeluk adiknya.
Zifa membalas pelukan abangnya itu. Sungguh, ia sangat tidak mengerti.
"Coba lo jelasin, Bang," lirih Zifa.
"Ayah sama bunda, hiks... udah... udah hiks..."
Zifa melerai pelukannya. Ia lebih memilih untuk menatap wajah Gafa, meminta penjelasan.
"Ayah sama bunda udah nggak ada hiks....."
Gafa menuduk dalam. Air matanya mengalir semakin deras.
Sementara Zifa, gadis itu hanya diam mematung. Hanya kalimat singkat itu, hanya kalimat itu yang membuatnya seperti tidak bernyawa. Buliran bening mulai merembes di kedua matanya.
"Ma...maksud lo?" Zifa memilih untuk bertanya, lebih tepatnya meminta penjelasan dari kalimat yang diucapkan Gafa. Meskipun ucapannya itu lirih, Gafa dapat mendengarnya.
Gafa mengangkat wajahnya, ia mencoba untuk menatap adiknya itu.
"A...ayah sama bunda u...udah mening---"
"BOHONG!" potong Zifa cepat, nada suaranya meninggi.
Kedua tangannya ia gunakan untuk memukul abangnya dengan brutal. Gafa hanya diam, mungkin adiknya belum siap menerima takdir ini.
"LO BOHONG KAN?! ABANG MACAM APA LO, BERANI BOHONG SAMA ADIKNYA! LO BOHONG KAN?! KATAKAN KALAU ITU BOHONG! KATAKAN hiks..."
Zifa menarik kedua tangannya. Ia menatap abangnya itu dengan tatapan seperti ingin menerkamnya.
"KATAKAN KALAU ITU BOHONG! LO NGGAK BISU KAN! AYO NGOMONG! hiks..."
Zifa menjambak rambutnya frustasi. Kenyataan macam apa ini?!
Gafa hanya menangis. Ia tidak tau bagaimana caranya membuat adik kecilnya itu tenang.
"GUE BENCI! GUE BENCI SEMUANYA! GUE BENCIII! hiks..."
Setelah mengatakan itu, Zifa bangkit dari duduknya. Ia mengusap air matanya dengan kasar. Zifa menatap Gafa sekilas, Gafa hanya menunduk dalam.
"Gue benci semuanya! Termasuk lo! Abang nggak guna!" cerca Zifa tajam.
Zifa melangkah ke arah kamarnya. Ia menaiki satu persatu anak tangganya itu dengan cepat.
Buk...
Zifa membanting pintu kamarnya dengan kasar. Sampai terdengar di lantai bawah, tempat Gafa berada.
Gafa mengangkat wajahnya, ia mengusap air matanya dengan pelan.
Gafa menyenderkan tubuhnya di senderan sofa. Ia menatap langit-langit kamarnya. Nyeri di dada bagian kirinya masih terasa, tapi ia tidak peduli. Gafa hanya memikirkan tentang berita buruk yang ia terima beberapa menit yang lalu, tanpa ia sadari, cairan bening merembes di kedua matanya.
Hati Gafa juga sakit, ketika ia mengingat kembali ucapan demi ucapan dari adiknya yang terasa begitu menusuk. Cobaan apa ini? Kenapa jika ia diberi cobaan, akan seburuk ini?
Lelaki itu tidak pernah menyangka, kalau takdirnya akan seburuk ini. Kalau jalan hidupnya akan semiris ini. Kenapa hidupnya tidak sesuai dengan nalurinya?
Gafa menarik nafas dan menghembuskannya pelan. Ia memejamkan matanya sejenak, berharap, kalau yang sedang ia alami itu adalah mimpi. Kalau iya, sudah pasti, sudah pasti akan menjadi mimpi terburuknya.
Gafa membuka matanya, tetap saja itu nyata. Tetap saja kalau takdir buruk yang ia terima itu benar-benar terjadi. Lagi dan lagi, air matanya mengalir. Membasahi wajah tampan lelaki itu.
"Gafa tidak sanggup, Tuhan," lirihnya pelan.
TBC.
HALLO TEMANTEMAN🤗🤗🤗
MAAP NIH LAMA APDET HEHEHE😁
GIMANA? KURANG FEEL YA? MAAP, SOALNYA SAYE MASIH BELAJAR HEHEHE😁💛
TUNGGU APDET SELANJUTNYA YAAAAAAAAAA😉
SEEYOU💚
KAMU SEDANG MEMBACA
FATUM [Revisi]
Teen FictionKetika takdir mulai berbicara🍃 ❄ "Takdir dapat mengubah segalanya! Apakah segalanya dapat mengubah takdir?" ❄ "Gue mau lo tetap di sini. Jangan pergi. Karena gue benar-benar sayang sama lo," ❄ "Lo itu bukan teman gue. Bukan sahabat gue. Bukan pacar...