Jangan marah. Gue juga sama kayak lo. Sama-sama merasa kehilangan.
:")❄
Tok...tok...tok...
"Dek," lelaki itu berujar di balik pintu kamar adiknya.
Mendengar tak ada sahutan, Gafa mencoba membuka pintu kamar adiknya. Ternyata tidak terkunci.
Gafa melihat Zifa sambil tersenyum hangat. Sementara Zifa yang baru saja menyadari keberadaan Gafa, gadis itu hanya menatap Gafa dengan tatapan dingin.
Gafa menghampiri Zifa, ia duduk di samping adiknya itu. Ia mengelus pelan rambut adiknya itu, meskipun sempat mendapat penolakan, Gafa tetap saja melakukan itu. Ia harap, adiknya akn tenang.
"Jangan marah," ucap Gafa.
"Pergi!"
"Semua orang memang punya takdir yang berbeda,"
"Jangan ceramah deh! Gue nggak mau diceramahin!"
Gafa terekekeh kecil, meskipun kekehannya itu terkesan terpaksa.
"Jangan pernah membenci takdir," kata Gafa.
"Kalo gue benci, gimana?"
"Kalo lo benci, itu sama artinya lo benci sama diri lo sendiri,"
Zifs diam. Ucapan Gafa memang ada benarnya.
"Bang,"
"Hmmm,"
"Ke...kenapa a...ayah sama bunda bisa me---"
"Iya. Gue ceritain. Kata polisi di sana, terjadi kebakaran di apartement. Terus semuanya habis terbakar api. Semuanya jadi abu, nggak ada yang utuh."
Zifa diam. Lagi dan lagi, air matanya meluncur deras membasahi wajah manisnya.
Dengan sigap, Gafa mengusap air mata Zifa. Gafa tersenyum hangat.
"Jangan nangis. Percuma kita nangis, toh juga ayah sama bunda nggak akan kembali. Yang kita bisa lakukan hanya mengikhlaskan. Mengikhlaskan kehilangan, walaupun itu sulit, tapi kita harus mencoba,"
"Hmmm,"
"Yaudah, ini udah malam. Lo tidur ya,"
Zifa mengangguk kecil.
"Gue ke kemar dulu,"
Baru saja Gafa hendak bangkit, Zifa langsung menarik Gafa ke dalam pelukannya.
"Maafin gue bang, gue nggak bermaksud buat nyakitn lo, maafin gue bang,"
Gafa tersenyum hangat.
"Buat gue, lo tuh nggak punya salah sama gue. Gue sayang sama lo,"
Zifa melerai pelukannya, ia menatap Gafa dengan lekat.
"Lo nggak marah lagi kan sama gue?" tanya Gafa memastikan.
Kedua sudut di bibir Zifa terangkat, membentuk sebuah senyuman kecil.
"Mana mungkin gue bisa marah sama lo," ucap Zifa.
"Lebih baik gue dimarahin sama bunda daripada sama lo,"
"Emangnya kenapa kalau gue marah?"
"Kalao bunda marah tuh nggak serem. Eh, kalo lo tuh serem banget kayak kunti. Hahaha," jawab Gafa sambil tertawa.
Zifa tau, kalau tawa abangnya itu adalah tawa kepalsuan. Zifa tau itu.
Zifa ikut terkekeh kecil.
"Lo mah gitu!"
"Yaudah, lo tidur ya. Jangan lupa berdo'a,"
"Siap bang,"
Zifa membaringkan tubuhnya di kasur. Sedangkan Gafa, ia menarik selimut tebal itu, dan menyelimuti adiknya.
"Selamat tidur Fa," ucap Gafa sambil mengacak gemas puncak kepala Zifa.
Zifa hanya tersenyum hangat, walaupun ayah dan bundanya sudah pergi, Zifa masih mempunyai Gafa. Iya, Gafa.
Gafa melangkah ke luar kamar Zifa. Ketika ia sampai di ambang pintu, Zifa memanggilnya.
"Bang,"
Gafa menghentikan langkahnya, ia menoleh ke arah Zifa. Masih dengan senyuman hangat.
"Ziga sayang sama abang," ucap Zifa sambil tersenyum hangat.
Gafa mengangguk. "Abang juga,"
Zifa kembali tersenyum.
"Yaudah, lo tidur ya dek. Gue juga mau tidur,"
Zifa mengangguk.
Gafa melanjutkan langkahnya yang tertunda. Ia menutup pintu kamar adiknya itu dengan rapat.
Setelah kepergian Gafa, air mata Zifa kembali meluncur deras. Sungguh, ia masih marah bahkan ia kecewa pada takdir.
Ia masih belum siap ditinggalkan siapa pun.
Gadis itu menarik selimutnya lagi, sampai menutup wajahnya. Ia menangis di sana. Hingga, sebuau mimpi menjemput dirinya. Ia tertidur.
❄️
TBC.
HALLOTEMANTEMAN🤗
Maaf updatenya lama🙏 maaf juga karena bagiannya dikit🙏
Gini yaaa... Aku tuh mau curhat. Sebenarnya part ini udah lama aku tulis bersama part yang lain. Penulisannya juga berurutan. Tapi, tiba-tiba part-nya ke acak gitu... Itu caranya gimana supaya partnya nggak ke acak lagi. Tolong infonya teman-teman🙏
SEEYOU💚
KAMU SEDANG MEMBACA
FATUM [Revisi]
Teen FictionKetika takdir mulai berbicara🍃 ❄ "Takdir dapat mengubah segalanya! Apakah segalanya dapat mengubah takdir?" ❄ "Gue mau lo tetap di sini. Jangan pergi. Karena gue benar-benar sayang sama lo," ❄ "Lo itu bukan teman gue. Bukan sahabat gue. Bukan pacar...