#31. INDAH

210 10 0
                                    

Entah kenapa kalau ada kata 'indah' gue selalu teringat sama 'langit'
💙

"Hai,"

"Mey, mau ngapain? Mau jagung?" tanya Aldi sambil menyodorkan jagung yang tinggal beberapa biji itu.

Meysa menampilkan ekspresi ingin muntahnya.

"Bekas lo!" jawab Meysa.

"Eits... Mey. Walaupun bekas dia, tapi dia itu pembersih. Dia sikat gigi lima kali satu tahun!" cerocos Satria.

"Koplak!" balas Aldi tak terima.

"Gue pinjem Gafa bentar ya," ucap Meysa.

"Pinjem aja... satu jam bayar lima rebu," kata Satria.

"Lo kira gue apaan?" Gafa menampilkan ekspresi jengkel nya.

"Lo kan barang yang harus diperjual belikan Gaf," ujar Aldi tak jelas.

"Yuk lah Gaf, nggak usah dengerin mereka," kata Meysa mulai risih.

"Emangnya lo mau ke mana, Ya?" tanya Gafa penasaran.

"Ikut gue aja." Meysa menyodorkan tangannya ke depan wajah Gafa yang tengah terduduk.

Tanpa pikir panjang, Gafa menyambut tangan Meysa dan ditarik oleh gadis itu sehingga ia dalam posisi berdiri.

"Gue ke sana dulu ya," kata Meysa.

"Yang penting jangan cemacem!" sahut Aldi.

"VAN! GUE KE SANA BENTAR SAMA GAFA!"
kata Meysa berteriak pada Vano, karena Vano berada di ujung. Tepatnya di tepi api unggun.

"BURUAN BALIK!" jawab Vano yang ikut berteriak, yang dijawab oleh acungan jempol dari Meysa dan Gafa.

"Gue sama lo mau ke mana sih?" tanya Gafa di tengah perjalanannya.

"Ikut gue aja," jawab Meysa yang berada di depan Gafa.

Malam ini sangat cerah. Ada bulan purnama yang menerangi malam mereka, dan banyak bintang bertaburan di atas langit.

Oke, sekarang mereka sampai di sebuah tempat yang bisa dikatakan paling ujung. Tempat yang begitu indah, tempat yang menampilkan luasnya langit dengan jelas.

"Waaaaaah...!" Gafa terkagum melihat keindahan itu.

Meysa yang ada di sampingnya pun tersenyum hangat. Gadis yang memakai jaket tebal itu pun meminta Gafa untuk duduk di sampingnya, di sebuah bangku panjang yang sengaja disediakan untuk melihat pemandangan indah ini.

"Duduk Gaf," ucap Meysa sambil menepuk-nepuk bangku di sampingnya.

Gafa tersenyum, dan mengangguk.

Gafa menghela nafas pelan, mencoba meresapi dinginnya udara di malam hari.

"Lo suka nggak?" tanya Meysa antusias.

"Gue yakin lo tau jawabannya," jawab Gafa sambil tersenyum menghadap langit.

"Mmm... lo pasti suka,"

FATUM [Revisi]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang