#21. SENYUM

259 10 0
                                    

Senyum lo itu bagaikan langit, sangat indah.
🌈

Pagi harinya, Gafa sedang sibuk di dapur. Hari ini adalah hari minggu, jadi, Gafa bisa bebas melakukan apa saja di rumahnya.

Aldi sudah pulang sejak subuh yang lalu, Aldi lupa, kalau hari minggu ia dan keluarga akan berkunjung ke rumah Nenek nya di Bogor. Dan berangkatnya harus pagi-pagi sekali supaya datangnya tidak kesiangan.

Gafa memasak mie instant, karena hanya itu yang dapat lelaki itu masak.

Setelah selesai sarapan, Gafa langsung membersihkan diri. Gafa mengenakan hoodie biru langit dengan celana jeans panjang dan sepatu keds senada dengan hoodienya.

Ia duduk di sofa ruang keluarga, menyalakan televisi, dan membiarkan televisi itu menontonnya.

Gafa membuka handphone nya dan mendial nomor seseorang yang sejak belakangan ini selalu memenuhi pikirannya.

"Apaan? Kalau nggak penting gue matiin!" ucap seseorang di seberang sana ketika mengangkat telpon.

"Galak banget sih lo!"

"Lagian lo ngapain telpon gue? Lo kangen?!"

"Jangan ke-PEDE-an bego! Gue hanya ngetes aja, lo masih hidup apa nggak?! Hahaha..."

"Ish... gue masih idup! Goblok!"

"Biasa aja keles! Jalan kuy!"

"Ke mana? Gue lagi mager nih!"

"Ke mana aja"

"Hmmm... yaudah deh. Gue siap-siap dulu!"

"Oke,"

Tuttt...tuttt...tuttt...

Telpon di matikan sepihak oleh Meysa.

Gafa segera mematikan televisinya dan mengambil kunci motornya.

"LAMA!" sarkas Meysa ketika Gafa baru saja mematikan mesin motornya.

"Macet! Lagian lo tumben tungguin gue di luar,"

"Banyak omong!" Meysa langsung naik ke atas motor Gafa. "Mau jalan ke mana?"

"Lo maunya ke mana?"

"Gue nanya malah lo nanya balik!"

"Ke danau?"

"Oke lah,"

Gafa segara melesatkan motornya ke arah danau. Danau Tira, danau yang memiliki sejarah tersembunyi yang belum Gafa dan Meysa ketahui.

Sesampainya di danau, mereka langsung menuju ke arah batu besar di sana. Dan duduk berdampingan seperti biasa.

Hening menyelimuti mereka. Hanya suara semilir angin yang mengisi keheningan di anatara dua orang itu. Entah apa yang mereka pikirkan?

Merasa tak tahan dengan suasana ini, Meysa membuka suara duluan.

"Gaf,"

FATUM [Revisi]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang