Gue akan kasih tau identitas gue yang sebenarnya. Gue akan liat, gimana reaksi lo. Cewek sombong.
😼
❄"Siapa?" tanya Gafa balik.
"Namanya Kak David. Kelas 12 IPA 1. Kapten basket,"
"Kapten basket? Lo ikut basket kan?"
"Yups..."
"Besok gue ikut juga,"
"Ikut aja... Kak David juga kelas 12. Mau pergantian kapten. Siapa tau lo yang kepilih,"
"Siap!" Gafa mengacungkan kedua jempolnya. "Oh iya, gimana tentang Kak David sama cewek sombong itu? Pernah ditembak?" lanjutnya.
"Pernah sih... satu kali... tapi ditolak,"
"Ooo... Kak David aja?"
"Ada juga... kelas 11 IPS 6. Namanya Nathan. Wakil Ketua Osis,"
"Ooo... ada lagi?"
"Masih banyak... gue nggak tau namanya. Gue juga pernah suka sama tuh anak. Tapi sekarang nggak,"
"Kenapa?" tanya Gafa penasaran.
"Nggak tau... lagian lo kenapa giat banget sih nanya soal Meysa. Apa jangan-jangan lo suka sam---"
"Tuh... nasi lo udah habis. Taruh dulu sana di dapur," balas Gafa cepat. Lebih tepatnya mengalihkan pembicaraan.
"Siap..." ucap Aldi sambil berlalu meninggalkan Gafa di balkon.
Tidak lama kemudian Aldi kembali ke balkon. Mendapati Gafa yang menatap langit yang tampak cerah hari ini.
"Lo masih aja giat natap langit," celetuk Aldi ketika sudah terduduk di samping Gafa.
"Asalkan gue nggak giat natap cewek," timpal Gafa tanpa mengalihkan perhatiannya.
Kriiing...kriiiing...kriiing...
"Telpon lo berbunyi geb," ucap Aldi.
"Lo angkat lah!" balas Gafa santai.
"Muales gue!"
Pletak
Tangan kekar Gafa mendarat tepat di kepala Aldi. Sementara Aldi hanya meringis kesakitan.
Gafa segera ke dalam kamarnya untuk mengangkat telpon yang terus berdering.
"Ya Hallo," ucap Gafa ketika mengangkat telponnya.
"Hallo sayang... kenapa handphone kamu nggak aktif?"
"Ooo Bunda... handphone Gafa rusak Bun,"
"Kamu nggak beli lagi sayang?"
"Besok aja Bun,"
"Ooo gitu... kamu udah makan?"
"Belum, Bun,"
"Kenapa belum?"
"Nggak laper Bun... Ayah mana? Adek?"
"Nanti kamu makan ya... Ayah di sini... Adek ada les privat,"
"Hallo sayang," sapa seseorang di sana yang bersuara berat.
"Hallo juga Ayah,"
"Gimana sekolah kamu?"
"Baik-baik aja Yah,"
"Kamu belajar yang rajin ya,"
"Siap Yah..."
"Yaudah... matiin dulu ya telponnya, Bunda sama Ayah mau berangkat kerja lagi. byeee sayang,"
KAMU SEDANG MEMBACA
FATUM [Revisi]
Fiksi RemajaKetika takdir mulai berbicara🍃 ❄ "Takdir dapat mengubah segalanya! Apakah segalanya dapat mengubah takdir?" ❄ "Gue mau lo tetap di sini. Jangan pergi. Karena gue benar-benar sayang sama lo," ❄ "Lo itu bukan teman gue. Bukan sahabat gue. Bukan pacar...