#33. LAGU

179 11 0
                                    

Gue persembahkan sebuah lagu untuk seseorang yang telah berhasil membuat gue nggak bisa bedain yang mana langit dan yang mana dia.
👑

Malam harinya, siswa dan siswi kelas 11 dan lebih tepatnya kelas 12 IPA 3 sedang bersenandung bersama. Mereka membentuk lingkaran besar dan di tengahnya terdapat api unggun yang menyala.

Di tengah lingkaran, tepatnya hanya berjarak satu setengah meter dari api unggun, disediakan kursi dan sebuah gitar. Vano selaku ketua kelas, mengumumkan aktivitas yang akan mereka lakukan.

"Malam semuaaa!" seru Vano.

"Malam...!" jawab semuanya kompak.

"Malam ini adalah malam istimewa bagi kita. Kita akan bermain game seru nih,"

"Apaan tuh Van?" tanya Aldi.

"Sabar lah Al. Oke, ini hanya permainan gampang. Gue akan mainin gitarnya, terus kalian yang nyanyi. Cara nyanyinya yaitu dengan sambung kata. Tapi, harus nyambung dengan lagu. Misalnya, bila nanti saatnya tlah tiba. Nah, akhir dari lirik lagu itu adalah tiba, jadi lagu yang harus dinyanyikan liriknya harus berawalan tiba. Batas waktunya lima detik untuk berfikir. Jadi begitu, paham?"

"Siap Van!" jawab semuanya hampir kompak.

"Vano, kalo nanti ada yang kalah gimana?" tanya Niken.

"Ah iya, kalo kalah, nanti yang nyanyi lirik lagu lebih dahulu, dia yang ngasih tantangan. Misalnya Aldi, Aldi yang bernyanyi, terus liriknya habis, dan otomatis Gafa harus melanjutkan, karena Gafa berada di samping kanan Aldi. Apabila Gafa nggak bisa buat sambung lirik lagu itu, berarti Gafa kalah, dan yang ngasih tantangan adalah Aldi. Ketika udah selesai lakuin tantangannya, yang kalah akan ngulangin lagi, tapi terserah mau nyanyiin lagu apa aja,"

"Ooo oke Van," balas Niken.

"Oke. Kita mulai dari Bayu,"

Vano mulai memetik alunan gitarnya.

"Oh Tuhan... ku cinta dia, sayang dia, rindu dia, inginkan dia..."

Doni yang berada di samping kanan Bayu melanjutkan,

"Dia... dia...diaaa... tlah mencuri hatiku,"

"Hatiku cintaaaaaaaaaa!" sambung Wildan tak jelas.

Vano menghentikan petikan gitarnya.

Sorak-sorai pun tak dapat terhindarkan.

"Doni, tantangan lo untuk Wildan apa?" tanya Vano.

"Joget aja, lumayan lah, hiburan gratis," jawab Doni.

Wildan memasang wajah masamnya. "Nggak ada yang lain apa?"

"Nggak ada. Lo terima nasib aja Wil!" celetuk Aurel.

Wildan akhirnya bangkit, ia menuju tengah lingkaran. Kemudian menggoyangkan pinggulnya. Entah goyangan apa.

"Hahaha ada topeng monyet gratis!" ejek Aldi.

Tawa mereka pun meledak termasuk Wildan yang masih berjoget tak karuan.

FATUM [Revisi]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang