"WHATTTT! ini gak bisa dibiarinn! Gue gak terima lahir batin!!" heboh seorang gadis cantik dengan pandangan tidak lepas dari layar ponsel yang dipegangnya.
"Apaan sih Zi! Berisik tau," sanggah seorang gadis cantik yang duduk tepat dihadapan Zia, gadis yang tiba-tiba heboh tadi.
"Kak Arvan huahhh! Masa poto sama cewek, gue gak terimaa lah," paniknya heboh sambil menghentak-hentakkan tumpukkan kertas yang berada dihadapannya dengan brutal.
"Emang lo siapanya?" ujar gadis lainnya dengan raut wajah tanpa dosa.
Zia melototkan kedua matanya. "Dilla lo bukanya ngedukung, malah-"
"Eh lo bedua tau tempet orang pinter gak? Gue mau nyantet kak Arvan biar suka sama gue," ucap Zia cepat, memutuskan ucapannya yang belum selesai tadi.
"Hah!" Pekik kedua gadis tadi.
"Gila ya lo Zi," tuding salah satu gadis yang merupakan teman Zia itu.
"Yaa, abis gimana lagi Neer," pasrah Zia sambil memanyunkan bibirnya.
"Jelas-jelas gue kan udah nunjukkin banget gitu, kalo gue suka sama kak Arvan, tapi dianya gak peka-peka, kit ati adek bang kalo gitu caranya."
"Cih, jijik," sahut seorang gadis dengan ekpresi tidak mengenakkan, dan kembali sibuk mengerjakan tugasnya tanpa menghiraukan Zia.
"Apaan sih Dil, iri aja." sosor Zia kesal.
Masih ingat dengan Kezia anak dari seorang dokter tampan bernama Revan, bocah imut yang sekarang sudah beranjak remaja, gadis cerewet yang sangat nurun sang bunda, dan gadis gila yang tidak tahu malu yah itu adalah Zia sekarang.
***
Tap... tap... tap...
Suara langkah kaki terdengar tergesa-gesa menuruni anak tangga."Zia! Ngapain lari-laki kaya dikejar monyet gitu?" sosor wanita cantik sembari menatap Zia bingung.
Gadis yang sudah rapi menggunakan seragamnya itu hanya menyenggir sambil menggaruk tengkuknya yang tidak gatal. "Eh bundaaa."
"Bukannya dijawab malah nyengar-nyengir," tambah sang bunda sambil menggelengkan kepalanya.
"Masih pagi loh bun jangan ngomel-ngomel, ntar cepet tua loh," kekeh Zia sambil berjalan kearah meja makan dan mencomot sepotong roti yang sudah disiapkan sang bunda.
"Yang kata ini siang siapa? Aneh-aneh aja sih kamu," jawan sang bunda dan kembali melanjutkan kegiatannya yaitu membuat sarapan.
"Ayah mobil Zia gimana? Udah pulih? Udah boleh pulang? Atau masih butuh pengobatan?" tanya Zia beruntun kepada sang ayah, saat pria berjas dokter itu tiba diruang makan.
Tanpa menghiraukan pertanyaan sang anak. Pria itu duduk dan memakan sarapannya dengan tenang.
Zia memutar kedua bola matanya malas. "Gini nih kalo punya ayah sok dingin." gumamnya pelan dan kembali menatap sang ayah.
"AYAHHHHHH!" pekiknya keras.
Revan hanya mengangkat alisnya, sebagai respon. Yah inilah ayahnya sok dingin!
"Mobil Zia gimana?" ulangnya lagi.
"Masih di bengkel." jawab Revan enteng sembari meminum kopinya.
"Terus?" Zia menunggu kelanjutan ucapan sang ayah.
"Apa?" tanya Revan tidak peka dengan ucapan sang anak barusan.
"Zia kesekolah naik apa! Ayah ngeselin ah." pekik Zia merasa kesal.
KAMU SEDANG MEMBACA
RICORDARE
Teen Fiction[COMPLETED] Kezia Alqueena menemukan seorang cowok yang menarik perhatiannya. Dia adalah Arvan, seniornya di Altavista, tentu saja dia bukanlah satu-satunya gadis di sekolah tersebut yang jatuh hati kepada Arvan. Berbagai cara pun Zia lakukan agar A...