Part 16 - Girls vs Boys {1}

6.4K 491 53
                                    

Pelajaran jam ketiga hari ini adalah olahraga, berhubung pak Anag, guru olahraga kelas mereka sedang cuti, nemenin istrinya lahiran, jadilah kelas XI IPA 1 bergabung dengan kelas XI IPA 4.

Dimana Daniel bisa bertemu dengan temannya si Erick dan Farrel.

Matahari begitu terik, sangat menyilaukan mata.

"Harusnya tadi gue bawa topi pantai," ujar Dilla mengibas-ngibaskan tangannya, saat ini mereka masih menunggu anak-anak datang kelapangan.

"Lo kira kita mau bejemur," sosor Neera.

"Ini sama aja bejemur Neera," jawab Dilla dengan kesal.

"Ngapa Zi? Tumben diam masih baper gegara Daniel ngirim emot lope lope," tebak Neera.

Zia mencibir mengingat kejadian semalam, dimana sebuah pesan berisi hal tidak jelas dikirim Daniel kepada dirinya, dan sekarang Zia menjadi bahan ledekan teman-temannya.

"Ayoo cepat, baris dilapangan sekarang," suara pak kumis alias pak Jono guru olahraga kali ini, tangannya melambai tidak sabaran serta kumisnya bergoyang naik-turun akibat mengomel.

"Liat deh kumisnya pak Jono naik turun," ucap Dilla membuat Zia dan Neera hendak tertawa.

"Diem gak lo dil! Dihukum ntar kita," ucap Zia sambil menahan tawanya.

Zia, Neera dan Dilla berjalan gontai menuju ketengah lapangan. Hari ini sangat-sangat panas. Belum saja olahraga dimulai keringat sudah bercucuran.

"Ambil barisan, bapak absen dulu,"

Anak-anak segera membentuk barisan, namun suara deru kaki yang semakin mendekat membuat seluruh anak-anak kepo.

"Sorry pak telat dikit," ujar seorang pria yang masih menggunakan seragam sekolah bahkan seragam olahraganya hanya dipegang ditangan.

"Erick! Dari mana aja kamu? Kamu tau ini pelajaran saya,"

Dengan kesal Zia menatap kearah depan. "Udah panas masih aja ngulur waktu," cibir Zia, terlihat 3 orang pria yang masih memakai seragam sekolah, padahal ini sudah jam olahraga. Zia menyeringai begitu mendapati sosok Daniel.

"HUKUM AJA PAK!" kompor Zia nyaring, anak-anak langsung menoleh menatap kearah Zia.

Begitupun dengan ketiga orang di depan sana.

"IYA PAK, JEMUR DIGENTENG!" sahut Neera ikut mengompori.

"SEKALIAN PAKE BIKINII!"

"DILLLAA!!" pekik Zia dan Neera secara bersamaan menyadari ucapan Dilla barusan.

Dilla menyengir. "Hehee gue salah ngomong ya?" tanyannya.

"Oh Dilla! Namanya Dilla," gumam seseorang yang saat ini tengah memandang Dilla dengan seulas senyum, sedangkan Dilla tidak menyadarinya.

"Sudah! Sudah! Kalian betiga! Daniel, Farrel, Erick! Masuk kebarisan," perintah pak Jono.

Seluruh pasang mata memperhatikan langkah ketiga pria tampan itu. Zia, Neera, dan Dilla yang kebetulan baris di bagian belakang tampak terkejut.

"Ngapain lo disini, mau deket-deket kita ya!" tuduh Dilla sengit.

"Yang mau ngedeketin lo itu siapa?" tanya Farrel menjawab ucapan Dilla barusan.

"SUDAH! DIAMM!" hentak pak Jono mulai kesal.

Dilla langsung kicep begitu pun dengan yang lain.

Setelah absen yang hampir memakan waktu satu jam lamanya, akhirnya pak Jono mulai menutup buku absennya.

RICORDARETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang